Denpasar (Antara Bali) - Penglingsir Puri Kesiman A.A. Ngurah Gede Kusuma Wardana mendukung tegaknya kembali dasar negara Pancasila secara radikal, karena implementasi Pancasila sudah mengalami degradasi yang mengancam kesatuan dan persatuan NKRI.
"Para pendiri bangsa ini memberikan empat waris, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI," katanya dalam diskusi Hari Lahir Pancasila di Monumen Perjuangan Bangsal, Dalung Kabupaten Badung, Kamis.
Acara itu dihadiri Puri Kanginan Buleleng, Komandan Menwa Bali AA Ngurah Parwata Panji, Puri Bali Tax, I Gusti Ngurah Darmawangsa dan Pesraman Puri Puncak Bangsal sekaligus Ketua Umum Monumen Bangsal, Dr Bagus Ngurah Putu Arthana Sp A (K).
Selain itu, Ketua Korps Menwa Ugrasena Bali, Bagus Ngurah Rai, SH, MM, Ketua Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPP) Provinsi Bali Dr I Made Gede Putra Wijaya SH MSi, dan Ketua Umum Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan-45 Provinsi Bali Prof Dr I Wayan Windia.
Menurut dia, para pemimpin dan pendiri bangsa Indonesia telah menjadikan filosofis Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
"Dua warisan lainnya yakni UUD 1945 dan keutuhan NKRI, juga tidak bisa diganggu dan menjadi harga mati," katanya dalam acara yang juga dihadiri Ketua Management Monumen Menwa Ugracena, Sjafruddin Mayang.
Ia menjelaskan pemikiran tentang landasan dasar Pancasila sebagai dasar negara dicetuskan pertama kali oleh Ir Soekarno pada 1 Juni 1945. Kelima butir-butir Pancasila itu mencerminkan keadaan atau potensi sosial budaya Indonesia.
"Indonesia jauh sebelum merdeka secara sosial budaya terdiri atas berbagai etnik dengan budaya dan tradisi masing-masing sebagai masyarakat plural, karena terdiri atas berbagai suku bangsa, etnik dan kelompok masyarakat," ujarnya.
Selain itu, dari segi sosial kemasyarakatan, kelompok-kelompok yang ada dapat menjadi kekuatan yang satu sama lain dapat berintegrasi, sehingga sifat kemajemukan itu secara horisontal ada pada masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai etnik dan suku bangsa.
Kondisi demikian itu menjadi semakin kokoh dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang terpampang melengkung pada sehelai pita yang dicengkeram kedua kaki Burung Garuda, lambang negara RI.
Sementara itu, Ketua Korps Menwa Ugrasena Bali, Bagus Ngurah Rai menambahkan, kelima butir Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia seharusnya mampu dipahami secara dinamis dan dilaksanakan secara seimbang oleh seluruh bangsa Indonesia.
Hal itu penting ditekankan, mengingat praktik Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sering kali tidak seimbang, sehingga perlu adanya kontrol satu sama lain, termasuk di tingkat pimpinan oleh masyarakat maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM).
"Untuk itu pentingnya menyatukan tekad yang bulat secara bersama-sama dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan menjadi tenteram dan damai penuh dengan toleransi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua GNPP Bali Dr. Gde Putra Wijaya mengharapkan mata pelajaran Pancasila perlu diberikan kembali kepada anak didik mulai tingkat sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
Hal itu menjadi upaya strategis, mengingat lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam membangkitkan rasa kebangsaan dan bernegara dengan memahami dan mengamalkan empat warisan tersebut.
"Pendidikan Pancasila mutlak perlu diajarkan kembali, sehingga generasi sekarang mampu meneruskan dan melanjutkan cita-cita para pemimpin pendiri bangsa Indonesia," katanya.
Dengan demikian, perlu adanya keteladanan para pemimpin politik dan negara untuk menjadikan Pancasila sebagai visi pembangunan agar mampu mewujudkan pemerataan tingkat kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
Secara terpisah Komandan Korps Bela Negara Ugrasena Drs Dharma Putra mengatakan, pihaknya akan meningkatkan sosialisasi kepada para pemuda/pelajar/mahasiswa yang mendapatkan pendidikan Bela Negara di Bali.
Upaya tersebut untuk membentuk karakter dan moralitas kepada generasi muda sebagai penerus bangsa di masa depan dalam mewujudkan generasi emas Indonesia tahun 2045.
"Memasuki Generasi Baru Indonesia (GBI) yang merupakan sebuah generasi digital, kami akan tetap menjaga semangat muda, terus dijaga nyala apinya, terus diwariskan dari generasi ke generasi, agar tetap abadi sepanjang masa," katanya. (WDY)
Puri Kesiman Wardana Dukung Pancasila Secara Radikal
Jumat, 2 Juni 2017 7:14 WIB