Mereka mengatakan perkembangan teknologi ini bisa mengatasi keterbatasan MRI saat ini.
Dalam penelitian itu, tim yang dipimpin oleh Cheon Jin-woo di Pusat Nanomedicine di bawah Institut Sains Dasar (IBS) mengembangkan apa yang disebut "lampu MRI nano" yang mengaktifkan sinyal MRI hanya di hadapan target penyakit.
"Penelitian ini dapat mengatasi keterbatasan MRI yang ada sekaligus menjadi gerbang baru dalam teknologi MRI non-invasif dalam mendiagnosis berbagai penyakit," kata Cheon dalam siaran persnya.
Teknologi baru itu terdiri atas dua bahan magnetik. Saat dua bahan diletakkan pada jarak kritis seperti lebih dari 7 nanometer, sinyal akan muncul. Namun, ketika keduanya ditempatkan lebih dekat dari 7 nanometer, sinyal MRI menjadi off.
Tim ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai "Magnetic Resonance Tuning (MRET)."
"Seperti menggunakan senter pada hari yang cerah dan efeknya terbatas. Teknologi baru ini, sebagai gantinya, seperti menggunakan lampu flash pada malam hari dan itu lebih berguna," kata Cheon.
Para peneliti mengatakan mereka telah menguji lampu MRI nano untuk mendiagnosis kanker dan mendeteksi keberadaan enzim yang dapat menginduksi tumor. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal "Nature Materials", seperti dilansir kantor berita Yonhap. (WDY)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa