Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), sebuah lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar melalui program Sinema Bentara akhir tahun 2016 memutarkan film mengetengahkan upaya pencarian jati diri seseorang, bahkan sebuah bangsa.

"Acara bertajuk `Sinema Bentara: Kembali ke Mula Diri` digelar selama dua hari, 10-11 Desember 2016," kata Koordinator kegiatan tersebut Siswan Dewi di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, tema yang diusung tersebut sebagai ajakan untuk sejenak undur merenung di akhir tahun, melakukan semacam kontemplasi sekaligus mengkritisi diri di tengah perjalanan bangsa Indonesia setahun yang penuh dengan kegaduhan dan keriuhan politik, serta masalah-masalah sosial.

"Kisah tentang penemuan diri sesungguhnya begitu dekat dengan kehidupan dan dialami oleh siapa saja. Hal yang membumi ini tentunya memudahkan penonton untuk mengerti pesan yang ingin disampaikan para sineas." ujar Siswan Dewi.

Sinema Bentara kali ini masih menghadirkan konsep Misbar atau layar tancap, gaya menonton bersama yang populer di era tahun 70-80-an dengan mengedepankan suasana nonton film bersama yang hangat, guyub, dan akrab.

Film-film yang diputar merupakan karya terpilih dari sutradara kenamaan lintas bangsa, yakni 8 ½ karya sutradara mumpuni Federico Fellini (Italia), Au Revoir Les Enfants (Good Bye Children) arahan sutradara sohor Prancis- Louis Malle.

Selain itu juga Phoenix besutan sutradara Christian Petzold (Jerman) hingga film Guru Bangsa: Tjokroaminoto arahan sutradara internasional asal Indonesia, Garin Nugroho.

Kegiatan tersebut kerjasama dengan Sinematek Indonesia, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise de Bali, dan Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien, serta SET Production.

Federico Fellini dalam 8 ½ mengungkapkan upaya penelusuran jati diri seorang tokoh bernama Guido Anselmi sedari masa kanak hingga puncak karirnya sebagai sutradara sohor.

Semua itu dituturkan dengan gaya surealistik, menghadirkan berbagai montase adegan flashback hingga visual alam bawah sadar sang tokoh. Film peraih penghargaan Film Asing terbaik pada Academy Awards 1964 itu pernah dinobatkan sebagai 10 film terbesar sepanjang masa. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016