Denpasar (Antara Bali) - Sumbangan subsektor perikanan dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali naik sebesar 0,38 persen dari 103,62 persen pada bulan Oktober 2016 menjadi 104,02 persen pada November 2016.
"Kenaikan peran tersebut berkat indeks harga yang diterima petani (lt) mengalami peningkatan sebesar 1,02 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Sementara indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami penurunan 0,64 persen. Kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap 1,18 persen dan budidaya 0,73 persen.
Secara umum beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tongkol, cumi-cumi, rumput laut, lemuru, ikan mas, kerapu dan nila.
Adi Nugroho menambahkan, kenaikan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh membaiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,90 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,04 persen.
Bali mengekspor ikan dan udang sebesar 11,21 juta dolar AS selama bulan Oktober 2016, meningkat 40,60 persen dari bulan September 2016 tercatat 7,977 juta dolar AS.
Dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan devisa itu juga melonjak 30,63 persen, karena pada bulan Oktober 2015 menghasilkan 8,58 juta dolar AS.
Ekspor ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 30,53 persen dari total nilai ekspor Bali yang mencapai 53,64 juta dolar AS selama bulan Oktober 2016, meningkat 32,43 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 40,51 juta dolar AS.
Ikan dalam bentuk segar dan beku itu hasil tangkapan nelayan maupun kapal-kapal besar milik perusahaan penangkapan ikan yang mangkal di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor periknan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas dua mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain perikanan juga subsektor hortikultura 0,20 persen dan tanaman perkebunan rakyat 1,06 persen serta dua subsektor yang turan meliputi tanaman pangan 0,37 persen dan subsektor peternakan 0,80 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kenaikan peran tersebut berkat indeks harga yang diterima petani (lt) mengalami peningkatan sebesar 1,02 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Senin.
Sementara indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami penurunan 0,64 persen. Kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap 1,18 persen dan budidaya 0,73 persen.
Secara umum beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tongkol, cumi-cumi, rumput laut, lemuru, ikan mas, kerapu dan nila.
Adi Nugroho menambahkan, kenaikan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh membaiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,90 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,04 persen.
Bali mengekspor ikan dan udang sebesar 11,21 juta dolar AS selama bulan Oktober 2016, meningkat 40,60 persen dari bulan September 2016 tercatat 7,977 juta dolar AS.
Dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan devisa itu juga melonjak 30,63 persen, karena pada bulan Oktober 2015 menghasilkan 8,58 juta dolar AS.
Ekspor ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 30,53 persen dari total nilai ekspor Bali yang mencapai 53,64 juta dolar AS selama bulan Oktober 2016, meningkat 32,43 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 40,51 juta dolar AS.
Ikan dalam bentuk segar dan beku itu hasil tangkapan nelayan maupun kapal-kapal besar milik perusahaan penangkapan ikan yang mangkal di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor periknan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas dua mengalami penurunan dan tiga subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan selain perikanan juga subsektor hortikultura 0,20 persen dan tanaman perkebunan rakyat 1,06 persen serta dua subsektor yang turan meliputi tanaman pangan 0,37 persen dan subsektor peternakan 0,80 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016