Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik Bali mencatat devisa ekspor ikan dan udang dari provinsi itu yang 11,21 juta dolar Amerika Serikat selama Oktober 2016 meningkat 40,60 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 7,977 juta dolar AS.

"Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan devisa itu juga melonjak 30,63 persen, karena pada bulan Oktober 2015 pengapalan ikan dan udang itu menghasilkan 8,58 juta dolar AS," kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan ekspor ikan dan udang tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 30,53 persen dari total nilai ekspor Bali yang mencapai 53,64 juta dolar AS selama Oktober 2016 atau meningkat 32,43 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 40,51 juta dolar AS.

Ikan dalam bentuk segar dan beku itu hasil tangkapan nelayan maupun kapal-kapal besar milik perusahaan penangkapan ikan yang mangkal di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar.

Bongkar muat hasil tangkapan nelayan hingga ke perairan kawasan timur Indonesia dilakukan di sekitar Pelabuhan Benoa, setelah proses dan pengemasan langsung diekspor ke negara tujuan melalui Bandara Ngurah Rai.

Nelayan di daerah pesisir utara Kabupaten Buleleng, khususnya di Desa Penyabangan, mulai melakukan pembudidayaan ikan tuna, yang memiliki potensi ekspor dan nilai ekonomis cukup tinggi.

Belasan nelayan setempat membudidayakan usaha ikan tuna itu mendapat bimbingan dan bantuan dari Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Pembibitan ikan tuna kecil memakai sarana keramba jaring apung untuk menjadi indukan, selanjutnya jika bibit ikan tuna mulai membesar baru dipindahkan ke tempat yang lebih luas, seperti yang dituturkan salah seorang nelayan setempat, Nurjaya.

Adi Nugroho mengatakan ekspor ikan dan udang dari Bali tersebut paling banyak menembus pasaran Tiongkok yang menyerap 27,40 persen, menyusul Jepang 20,09 persen, Amerika Serikat 19,81 persen, Hongkong 5,63 persen, Australia 5,05 persen, dan Singapura 0,84 persen.

Selain itu, pasaran Jerman 0,90 persen, Belanda 0,50 persen, dan 7,76 persen sisanya menembus berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena ikan dan udang dari Bali mampu bersaing di pasaran luar negeri, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016