Tabanan, (Antara Bali) - Sejumlah peternak ayam di wilayah Kabupaten Tabanan, Bali mengalami kegalauan akibat naiknya harga pakan ternak, dan pada sisi lain lesunya harga telur ayam.
Salah seorang peternak ayam di Desa Buruan, Kabupaten Tabanan, Darma Susila, Sabtu mengatakan, sebulan terakhir peternak dihadapkan pada melonjaknya harga pakan.
Kenaikan harga hampir terjadi pada semua jenis pakan, baik pakan jadi maupun konsentrat rata-rata Rp 200 per kg, atau Rp200.000 per kwintal. Hal itu sangat ironis di tengah naiknya harga pakan harga telur ayam justru merosot.
"Sejak sebulan terakhir harga telur ayam di tingkat peternak merosot. Harga yang sebelumnya Rp 1.100 per butir, kini hanya Rp 1.000 per butir," ujar Darma Susila.
Menurunnya harga telur di tingkat peternak belakangan ini karena tidak adanya hari baik untuk melaksanakan kegiatan ritual berskala besar yang digelar masyarakat setempat, pasca Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Hari Raya besar keagamaan di Bali biasanya sebagai pendongkrak lonjakan permintaan telur ayam di pasaran selama ini. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan menurunnya daya beli masyarakat sekarang ini.
Hal yang sama tidak hanya terjadi di kabupaten/kota di Bali, namun menurunnya harga telur ayam juga dialami oleh peternak di Jawa, katanya.
Darma Susila menambahkan, menyikapi kondisi tersebut membuat sejumlah peternak ayam di Kabupaten Tabanan harus melakukan efisiensi. Salah satunya dengan melakukan pemilihan terhadap ayam yang tidak masih produktif.
Dengan demikian akan mampu menghemat pakan ternak, pada sisi lain harga telur ayam diharapkan semakin baik. Dengan demikian peternak akan mulai memperbaiki atau meningkatkan jumlah produksi.
"Kemungkinan kelesuan harga jual telur akan berlangsung hingga akhir November mendatang. Desember kemungkinan akan mulai membaik dampak momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru, seiring dengan melonjaknya permintaan pasar," Darma Susila.
Sementara lonjakan harga pakan ternak pabrik dipicu oleh kenaikan harga bahan baku, khususnya jagung lokal sebagai dampak cuaca ekstrim yang terjadi belakangan ini. Selain itu, lonjakan diperparah lagi dengan pengaturan pengetatan impor oleh pemerintah yang harus melalui Bulog. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Salah seorang peternak ayam di Desa Buruan, Kabupaten Tabanan, Darma Susila, Sabtu mengatakan, sebulan terakhir peternak dihadapkan pada melonjaknya harga pakan.
Kenaikan harga hampir terjadi pada semua jenis pakan, baik pakan jadi maupun konsentrat rata-rata Rp 200 per kg, atau Rp200.000 per kwintal. Hal itu sangat ironis di tengah naiknya harga pakan harga telur ayam justru merosot.
"Sejak sebulan terakhir harga telur ayam di tingkat peternak merosot. Harga yang sebelumnya Rp 1.100 per butir, kini hanya Rp 1.000 per butir," ujar Darma Susila.
Menurunnya harga telur di tingkat peternak belakangan ini karena tidak adanya hari baik untuk melaksanakan kegiatan ritual berskala besar yang digelar masyarakat setempat, pasca Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Hari Raya besar keagamaan di Bali biasanya sebagai pendongkrak lonjakan permintaan telur ayam di pasaran selama ini. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan menurunnya daya beli masyarakat sekarang ini.
Hal yang sama tidak hanya terjadi di kabupaten/kota di Bali, namun menurunnya harga telur ayam juga dialami oleh peternak di Jawa, katanya.
Darma Susila menambahkan, menyikapi kondisi tersebut membuat sejumlah peternak ayam di Kabupaten Tabanan harus melakukan efisiensi. Salah satunya dengan melakukan pemilihan terhadap ayam yang tidak masih produktif.
Dengan demikian akan mampu menghemat pakan ternak, pada sisi lain harga telur ayam diharapkan semakin baik. Dengan demikian peternak akan mulai memperbaiki atau meningkatkan jumlah produksi.
"Kemungkinan kelesuan harga jual telur akan berlangsung hingga akhir November mendatang. Desember kemungkinan akan mulai membaik dampak momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru, seiring dengan melonjaknya permintaan pasar," Darma Susila.
Sementara lonjakan harga pakan ternak pabrik dipicu oleh kenaikan harga bahan baku, khususnya jagung lokal sebagai dampak cuaca ekstrim yang terjadi belakangan ini. Selain itu, lonjakan diperparah lagi dengan pengaturan pengetatan impor oleh pemerintah yang harus melalui Bulog. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016