Jakarta (Antara Bali) - CEO Bank Jepang untuk Kerja Sama Internasional (JBIC) Tadashi Maeda menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini dalam keadaan baik, meski tekanan global belum sepenuhnya mereda.
"Indonesia bisa menjaga kondisi ekonomi makro dengan cukup baik," kata Maeda saat diminta tanggapan mengenai masa dua tahun pemerintahan Joko Widodo di Jakarta, Kamis.
Menurut Maeda, upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan menjaga ketahanan fiskal dan menahan pelebaran defisit anggaran merupakan nilai tambah untuk mengurangi risiko terhadap potensi ancaman dari luar negeri.
"Indonesia telah menahan defisit anggaran di bawah 3 persen terhadap PDB, dan mengurangi subsidi untuk dialihkan ke investasi infrastruktur. Ini memberikan kesehatan kepada keuangan negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan risiko," ujarnya.
Hal positif lainnya, kata Maeda, adalah mulai terjadi pemerataan pembangunan infrastruktur penting seperti jalan tol, pelabuhan, bandara maupun pembangkit listrik di berbagai daerah, tidak hanya di wilayah Indonesia Barat.
"Kebijakan pembangunan saat ini lebih mengutamakan di luar Jawa, khususnya Indonesia bagian timur. Ini performanya juga baik," katanya.
Maeda menjelaskan berbagai indikator positif inilah yang membuat JBIC masih berkomitmen untuk memberikan bantuan pendanaan bagi proyek infrastruktur di Indonesia, seperti pembangkit listrik yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ia juga mengaku tidak khawatir bila proyek tersebut tidak menggunakan jaminan dari pemerintah dan mengalami hambatan pengadaan lahan, yang sempat mengganggu pembangunan PLTU Batang di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
"Memang pada masa transisi pemerintahan, proyek-proyek yang direncanakan sempat mengalami kekacauan, dan tentu saja proyek tanpa jaminan menimbulkan risiko. Tapi JBIC terus melakukan pemantauan untuk setiap risiko yang ada," kata Maeda.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) dan Bank Jepang untuk Kerja Sama Internasional (JBIC) menyepakati pendanaan senilai 310 juta dolar AS untuk PLTGU dengan kapasitas 800 MW yang berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Proyek PLTGU Priok atau Jawa-2 Combined Cycle Power Plant senilai 437 juta dolar AS ini merupakan proyek kedua dari PLN yang disepakati langsung oleh JBIC tanpa memerlukan jaminan dari pemerintah Indonesia.
Proyek pertama PLN yang mendapatkan bantuan pinjaman dari JBIC tanpa menggunakan jaminan dari pemerintah adalah PLTU Lontar 315 MW di Tangerang, Banten, yang saat ini sedang melalui tahap awal konstruksi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Indonesia bisa menjaga kondisi ekonomi makro dengan cukup baik," kata Maeda saat diminta tanggapan mengenai masa dua tahun pemerintahan Joko Widodo di Jakarta, Kamis.
Menurut Maeda, upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan menjaga ketahanan fiskal dan menahan pelebaran defisit anggaran merupakan nilai tambah untuk mengurangi risiko terhadap potensi ancaman dari luar negeri.
"Indonesia telah menahan defisit anggaran di bawah 3 persen terhadap PDB, dan mengurangi subsidi untuk dialihkan ke investasi infrastruktur. Ini memberikan kesehatan kepada keuangan negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan risiko," ujarnya.
Hal positif lainnya, kata Maeda, adalah mulai terjadi pemerataan pembangunan infrastruktur penting seperti jalan tol, pelabuhan, bandara maupun pembangkit listrik di berbagai daerah, tidak hanya di wilayah Indonesia Barat.
"Kebijakan pembangunan saat ini lebih mengutamakan di luar Jawa, khususnya Indonesia bagian timur. Ini performanya juga baik," katanya.
Maeda menjelaskan berbagai indikator positif inilah yang membuat JBIC masih berkomitmen untuk memberikan bantuan pendanaan bagi proyek infrastruktur di Indonesia, seperti pembangkit listrik yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ia juga mengaku tidak khawatir bila proyek tersebut tidak menggunakan jaminan dari pemerintah dan mengalami hambatan pengadaan lahan, yang sempat mengganggu pembangunan PLTU Batang di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
"Memang pada masa transisi pemerintahan, proyek-proyek yang direncanakan sempat mengalami kekacauan, dan tentu saja proyek tanpa jaminan menimbulkan risiko. Tapi JBIC terus melakukan pemantauan untuk setiap risiko yang ada," kata Maeda.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) dan Bank Jepang untuk Kerja Sama Internasional (JBIC) menyepakati pendanaan senilai 310 juta dolar AS untuk PLTGU dengan kapasitas 800 MW yang berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Proyek PLTGU Priok atau Jawa-2 Combined Cycle Power Plant senilai 437 juta dolar AS ini merupakan proyek kedua dari PLN yang disepakati langsung oleh JBIC tanpa memerlukan jaminan dari pemerintah Indonesia.
Proyek pertama PLN yang mendapatkan bantuan pinjaman dari JBIC tanpa menggunakan jaminan dari pemerintah adalah PLTU Lontar 315 MW di Tangerang, Banten, yang saat ini sedang melalui tahap awal konstruksi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016