Surabaya (Antara Bali) - Kementerian Perindustrian menyampaikan
beberapa keuntungan menggunakan alat kesehatan yang diproduksi industri
dalam negeri, salah satunya yakni keterjaminan purna jual-nya (aftersales).
"Ada keterjaminan aftersales dan karena produksinya di sini, jadi bisa komplain atau servis di sini," kata Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat di Surabaya, Kamis.
Menurut Syarif, kualitas alat kesehatan dalam negeri juga tidak kalah dengan barang-barang impor, misalnya produk asal China.
Kemenperin menjamin bahwa produk alkes buatan Indonesia sudah memenuhi syarat dari Kementerian Kesehatan dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Kalau produk China kan luas, ada yang bagus sampai yang jelek, kalau kita salah pilih kan repot. Kalau kita pilih produk Indonesia, tidak akan ada yang berani main-main karena dekat dan diawasi," ungkap Syarif.
Untuk itu, Syarif mengimbau agar rumah sakit yang beroperasi di Indonesia lebih banyak menggunakan produk alkes produksi dalam negeri, mengingat saat ini penggunaan produk impor masih mendominasi.
Sehingga, Program Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dapat didukung oleh semua pihak.
"Masa cuma tensimeter saja harus impor sih, kan kualitasnya sudah sama dan harga lebih kompetitif," ujarnya.
Syarif menyampaikan, tren pertumbuhan industri alat kesehatan saat ini masih rendah, yakni sekitar 8 persen per tahun.
Kemenperin menargetkan agar pertumbuhannya mampu menyentuh angka 10 persen, sehingga yang potensial ini mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Ada keterjaminan aftersales dan karena produksinya di sini, jadi bisa komplain atau servis di sini," kata Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat di Surabaya, Kamis.
Menurut Syarif, kualitas alat kesehatan dalam negeri juga tidak kalah dengan barang-barang impor, misalnya produk asal China.
Kemenperin menjamin bahwa produk alkes buatan Indonesia sudah memenuhi syarat dari Kementerian Kesehatan dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Kalau produk China kan luas, ada yang bagus sampai yang jelek, kalau kita salah pilih kan repot. Kalau kita pilih produk Indonesia, tidak akan ada yang berani main-main karena dekat dan diawasi," ungkap Syarif.
Untuk itu, Syarif mengimbau agar rumah sakit yang beroperasi di Indonesia lebih banyak menggunakan produk alkes produksi dalam negeri, mengingat saat ini penggunaan produk impor masih mendominasi.
Sehingga, Program Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dapat didukung oleh semua pihak.
"Masa cuma tensimeter saja harus impor sih, kan kualitasnya sudah sama dan harga lebih kompetitif," ujarnya.
Syarif menyampaikan, tren pertumbuhan industri alat kesehatan saat ini masih rendah, yakni sekitar 8 persen per tahun.
Kemenperin menargetkan agar pertumbuhannya mampu menyentuh angka 10 persen, sehingga yang potensial ini mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016