Nusa Dua (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan filosofi Tri Hita Karana yang senantiasa dijaga oleh masyarakat setempat telah menjadikan Pulau Dewata tetap menyimpan daya tarik dari sisi kepariwisataannya.

"Bali itu kecil, tetapi kita itu unik, kita harus bersyukur Bali dianugerahi alam yang indah, masyarakat yang ramah, kreatif dan inovatif serta kultur budaya yang sangat unik, yang kesemuanya tersebut bersatu dalam harmoni Tri Hita Karana," kata Pastika saat menjadi pembicara kunci dalam `The 1st International Joint Conference on Science and Technology (IJCST), di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.

Menurut dia, filosofi Tri Hita Karana yang menjadikan Bali mampu untuk menjaga harmonisasi. Meskipun tidak memiliki sumber daya alam berupa barang tambang dan yang lainnya, namun dengan keunikannya Bali tetap mampu menyedot jutaan wisatawan untuk datang mengunjunginya.

Pastika mengemukakan filosofi Tri Hita Karana merupakan tiga elemen yang mampu menciptakan kebahagiaan, harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan. Ketiga elemen tersebut adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan sesama manusia (Pawongan) dan manusia dengan alam dan lingkungannya (Palemahan).

"Ini adalah filosofi di Bali yang mampu mengantarkan masyarakat Bali ke dalam kebahagiaan yang sebenarnya, jadi jangan heran kalau di jalan-jalan kalian akan melihat banyak pohon-pohon besar yang di selimuti kain dan disucikan, itu adalah salah satu cara kita menunjukkan hubungan yang haromis dengan alam sekitar, jadi kalau filosofi tersebut hilang, Bali tidak akan unik lagi," ucapnya.

Harmonisasi tersebut kemudian menciptakan dan membangun sebuah konsep wisata budaya (cultural tourism) dengan prinsip pariwisata berkelanjutan dan pelestarian lingkungan yang nantinya diharapkan mampu untuk berkembang dan diadaptasi di masa mendatang.

"Kecil dan unik, namun Bali harus menjadi Bali yang agung, Bali yang Mandara dengan pembangunan pariwisata berdasarkan kultur budaya Bali," ucapnya.

Pastika juga menjelaskan tentang adanya hari spesial di Bali yakni Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi. Dalam Nyepi tersebut masyarakat Bali merayakan tahun baru dengan mengintrospeksi diri dan menghentikan seluruh kegiatan sehari-hari selama satu hari penuh.

Namun hal tersebut bukan hanya sekadar untuk melakukan introspeksi diri namun juga merupakan salah satu upaya pembersihan dan perlindungan terhadap alam dan lingkungan.

"Jadi dapat dikatakan, kita menjaga alam kita ini dengan adat dan budaya kita di Bali, salah satunya dengan Hari Nyepi itu, semua aktivitas benar-benar berhenti dan bahkan bandara pun harus tutup," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Pastika juga menyampaikan harapannya agar aura-aura positif di Bali mampu memberikan semangat dan motivasi dalam menciptakan sebuah inovasi sebagai output positif yang dapat dijadikan sebagai solusi masalah di masyarakat.

Sementara itu Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Teguh Sudarto menyatakan bahwa kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama lima universitas yakni Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Politeknik Negeri Bali, National Cheng Kung University, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Trunojoyo Madura.

Menurut dia, konferensi yang dilaksanakan pada 12-13 Oktober 2016 tersebut merupakan kelanjutan dari konferensi sebelumnya yakni Bali International Seminar on Science and Technology (BISSTECH) yang sudah terlaksana tiga kali.

Konferensi tersebut akan menghadirkan empat orang pembicara yakni Dr Sheng Zhang dari University of Twente, Netherlands, Ray Hoemsen dari Red River College, Winipeg Canada, Prof Yasushi Kiyoki dari Keio University Japan dan Prof Bill Atweh dari Curtin University Australia.

Ke depannya ia mengharapkan konferensi yang diikuti oleh 400 peserta tersebut dapat memberikan manfaat bagi kemajuan pembangunan di Indonesia khususnya di bidang sains dan teknologi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016