Jakarta (Antara Bali) - Sebanyak 236 wartawan dari 22 daerah di Tanah Air mengikuti "kuliah" yang diberikan Bank Indonesia untuk memahami tugas pokok bank sentral tersebut, termasuk di antaranya menyangkut pengendalian inflasi dan menjaga kestabilan nilai Rupiah.

Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Mirza Adityaswara saat membuka pelatihan yang dikemas dalam "Temu Wartawan Daerah" di Jakarta, Senin, memaparkan bahwa tugas pokok bank sentral itu yakni kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan makro prudensial.

"Kebijakan bank sentral itu bukan sesuatu yang mudah dipahami, sehingga sangat penting bahwa pimpinan BI di daerah bisa berkomunikasi seperti layaknya teman agar bisa menjelaskan utuh kebijakan BI yang sedang dibahas," katanya pada pembukaan pelatihan tersebut.

Dalam "kuliah" yang digelar 3-5 Oktober 2016 kepada wartawan dari Pulau Jawa, Sulawesi dan Bali itu, ekonom yang diplot sebagai DGS sejak Oktober 2013 tersebut menjelaskan bahwa menjaga nilai Rupiah dari pengaruh kenaikan harga atau inflasi serta menjaga kestabilan kurs merupakan tugas dalam kebijakan moneter.

Mirza juga memaparkan tugas terkait sistem pembayaran yakni melakukan perencanaan cetak uang sampai mengedarkan ke masyarakat dan menarik uang lusuh hingga memusnahkan uang lusuh tersebut.

Selain menjaga kualitas dan fisik uang, lanjut dia, pihaknya saat ini menggencarkan gerakan non-tunai baik belanja pemerintah kepada masyarakat melalui bantuan atau pembayaran retribusi dari masyarakat kepada pemerintah.

"Pada Sistem Pembayaran juga terkait `money changer`. Di daerah paling banyak di Bali dan Batam juga di awasi oleh BI," ucap mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan itu.

Memonitor kesehatan perbankan juga menjadi tugas bank sentral itu yang masuk dalam kebijakan makro prusensial.

"Bank sentral harus memonitor kesehatan dan perilaku bank walaupun secara individu (mikro) bank diawasi OJK dengan melakukan pengawasan rutin," katanya.

Menurut dia, aktivitas perbankan sehari-hari berkaitan langsung dengan Bank Indonesia yakni menerima uang tunai atau likuiditas untuk diedarkan kembali serta perbankan melakukan aktivitas transaksi di antaranya kliring dan "real time gross settlement" (RTGS) dan valas.

Selain tugas pokok tersebut, Mirza menambahkan bahwa pihaknya juga mengingatkan pemerintah mengantisipasi cadangan devisa dan memperhatikan utang luar negeri termasuk kepada swasta untuk menjaga stabilitas ekonomi negara.

Sejumlah narasumber dari bank sentral tersebut dalam pelatihan tersebut memberikan sejumlah materi yang lebih mendalam terkait seperti inflasi dan kebijakan uang muka kredit/pembiayaan untuk pertumbuhan ekonomi.

Selain itu terkait gerakan nasional non-tunai atau GNNT dan pengelolaan uang Rupiah mulai pencetakan hingga pemusnahan uang tidak layak.

Melalui pelatihan singkat itu, Mirza berharap media mampu memberikan pemahaman kembali kepada masyarakat guna mendorong ekspektasi yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang positif.

"Kami berharap pemahaman teman-teman wartawan terkait fungsi Bank Indonesia semakin baik. Media adalah komunikator kepada masyarakat, kalau media tidak paham maka masyrakat juga kurang paham. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016