Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar memutar film-film bertema "Memoar Para Musisi" berlangsung selama dua hari, 29-30 September 2016.

Kegiatan tersebut masih menggunakan konsep "misbar" yang mengedepankan suasana menonton film bersama yang hangat, guyub, dan akrab, kata Staf BBB yang menata acara tersebut Juwitta Lasut di Denpasar, Jumat.

Ia mengungkapkan film-film yang diputar merupakan film musikal arahan sutradara tersohor lintas bangsa, serta ditayangkan pula memoar para musisi yang mumpuni dan mewarnai sejarah musik dunia.

"Ada lima film yang akan diputar, yakni berjudul Tiga Dara, The Legend of 1900, Stanley ka Dabba, Daft Punk Unchained, dan B-movie: Lust & Sound in West Berlin," ujar Juwitta.

Selain pemutaran film juga diadakan diskusi seputar film dan musik. Sebagai pembicara Made Adnyana, pemerhati film dan musik yang juga merupakan staf pengajar tetap rumpun mata kuliah jurnalistik di IKIP PGRI Bali.

Ia sempat bergabung dalam beberapa media jurnalistik dan liputannya tidak jauh dari masalah seni, hiburan, dan film.

Program tersebut terselenggara berkat kerja sama dengan Sinematek Indonesia, Konsulat Jenderal India di Denpasar, Indian Cultural Centre Bali, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise de Bali, serta Udayana Science Club.

Musik boleh merupakan salah satu unsur utama dalam produksi sebuah film. Jauh sebelum film suara atau film musikal dibuat pada tahun 1927-an lewat The Jazz Singer (Alan Crosland, Amerika).

Film-film bisu telah menggunakan musik sebagai latar (instrumen) untuk mengisi ruang imajinasi penonton dan memberikan pemaknaan terhadap gambar-gambar bergerak yang secara tidak langsung ikut membangun emosi, simpati, bahkan empati pemirsanya.

Sebagai salah satu kekuatan utama sebuah film, musik bisa menjadi tema cerita. sehingga film-film musikal memikat perhatian dan minat publik luas serta digandrungi oleh penonton.

Di Indonesia, film musikal diproduksi pertama kali sekitar tahun 1950-an melalui film Bintang Surabaja (1951) arahan sutradara Utomo (Fred Young), disusul dengan film Tiga Dara (1956) dan Asmara Dara (1958) karya Ismail Marzuki, ujar Juwitta Lasut. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016