Klungkung (Antara Bali) - Wisatawan mancanegara ikut menyaksikan kegiatan ritual di Pura "Sad Kahyangan" Goa Lawah, Kabupaten Klungkung, Bali yang memiliki keunikan segerombolan kelelawar menggelayut di tebing bukit berkarang di bagian belakang tempat suci tersebut.
"Tempat suci yang juga objek wisata sehari-hari memang ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri," kata Ketua Panitia Kegiatan ritual tersebut Putu Juliadi, Selasa.
Ia mengatakan, puncak kegiatan ritual piodalan tersebut berlangsung pada Selasa (27/9) sejak pagi hingga malam yang diwarnai dengan persembahyangan bersama yakni umat yang datang dari kabupaten dan kota di Bali.
Kegiatan ritual yang digelar setiap enam bulan sekali itu dengan mengadakan "Padudusan Agung" telah dipersiapkan secara matang oleh warga setempat jauh sebelumnya.
"Kegiatan ritual dan persembahyangan bersama itu juga rencananya dihadiri Gubenur Bali I Made Mangku Pastika, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dan rombongan," ujar ujar Putu Juliadi.
Persembahyangan bersama dilakukan secara bergantian maksimal 500 orang karena areal tempat suci tersebut sangat terbatas.
Kegiatan ritual tersebut dipimpin tiga pendeta yang terdiri atas Ida Pedanda Gede Ketut Keniten dari Gria Dawan Kelod, Desa dan Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Ida Pedanda Gede Putra Kawan dari Gria Budakeling, Desa Bebandem Kabupaten Karangasem dan Ida Pedanda Gede Satria Kanginan dari Gria Satria Kanginan, Kecamatan Dawan Klungkung.
Sebelumnya telah dilaksanakan rangkaian kegiatan "Nedegang Karya" pada 21 September 2016, "Nuur Tirta ring Pura Sad Kayangan" pada 23 September 2016 serta "Melasti dan Mepepada" dilaksanakan 25 September 2016.
Pura Goa Lawah dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi untuk memuja Dewa Maheswara, yang dipercayai tinggal di salah satu bagian Pulau Bali.
Pura Goa Lawah sekaligus objek wisata itu menjadikan para pengunjung wisatawan dalam dan luar negeri wajib mengenakan ikat pinggang "selendang" atau mengenakan kain. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tempat suci yang juga objek wisata sehari-hari memang ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri," kata Ketua Panitia Kegiatan ritual tersebut Putu Juliadi, Selasa.
Ia mengatakan, puncak kegiatan ritual piodalan tersebut berlangsung pada Selasa (27/9) sejak pagi hingga malam yang diwarnai dengan persembahyangan bersama yakni umat yang datang dari kabupaten dan kota di Bali.
Kegiatan ritual yang digelar setiap enam bulan sekali itu dengan mengadakan "Padudusan Agung" telah dipersiapkan secara matang oleh warga setempat jauh sebelumnya.
"Kegiatan ritual dan persembahyangan bersama itu juga rencananya dihadiri Gubenur Bali I Made Mangku Pastika, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dan rombongan," ujar ujar Putu Juliadi.
Persembahyangan bersama dilakukan secara bergantian maksimal 500 orang karena areal tempat suci tersebut sangat terbatas.
Kegiatan ritual tersebut dipimpin tiga pendeta yang terdiri atas Ida Pedanda Gede Ketut Keniten dari Gria Dawan Kelod, Desa dan Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Ida Pedanda Gede Putra Kawan dari Gria Budakeling, Desa Bebandem Kabupaten Karangasem dan Ida Pedanda Gede Satria Kanginan dari Gria Satria Kanginan, Kecamatan Dawan Klungkung.
Sebelumnya telah dilaksanakan rangkaian kegiatan "Nedegang Karya" pada 21 September 2016, "Nuur Tirta ring Pura Sad Kayangan" pada 23 September 2016 serta "Melasti dan Mepepada" dilaksanakan 25 September 2016.
Pura Goa Lawah dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi untuk memuja Dewa Maheswara, yang dipercayai tinggal di salah satu bagian Pulau Bali.
Pura Goa Lawah sekaligus objek wisata itu menjadikan para pengunjung wisatawan dalam dan luar negeri wajib mengenakan ikat pinggang "selendang" atau mengenakan kain. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016