Denpasar (Antara Bali) - PT Pelindo Energi Logistik menjalin kerja sama dengan perusahaan "China Communication Construction Company (CCCC Ltd)" untuk membangun infrastruktur gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dengan nilai 20 miliar dolar Amerika Serikat.
Direktur PT Pelindo Energi Logistik Gembong Primadjaja kepada Antara Sabtu mengatakan, CCCC Ltd saat ini tercatat sebagai perusahaan pengerukan ketiga terbesar di dunia, dan telah mencatatkan pendapatan sebesar 54,8 miliar dolar AS pada tahun 2015.
Menurut Gembong, pembangunan infrastruktur LNG sangat sulit jika hanya mengandalkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terserap untuk kepentingan strategis lainnya.
"Kami mencari dana dari luar negeri dengan sistem partnership. Salah satunya dengan CCCC Ltd tersebut," ujar Gembong.
Kerja sama ini, kata Gembong, merupakan tidak lanjut dari kesepakatan antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Di antara kesepakatan itu yaitu mengembangkan investasi untuk manufaktur dan infrastruktur di Indonesia.
Menurut dia, kerja sama ini juga sejalan dengan amanat dari Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Benoa LNG Terminal pada Juni lalu, guna melihat pencapaian luar biasa dan harus segera didukung oleh PLN. Secepatnya, infrastruktur yang sama juga harus diimplementasikan di daerah lain.
"Kami optimistis dengan CCCC Ltd, maka kerja sama ini akan dapat mendukung pemerintah secara optimal dalam pembangunan infrastruktur energi di Indonesia," ujarnya.
Sebagai perusahaan konstruksi nomor satu di Tiongkok, salah satu proyek mereka yang sudah dinikmati masyarakat di Indonesia adalah jembatan Suramadu, Jawa Timur.
Ia mengatakan PT Pelindo Energi Logistik yang telah menjadi pelopor untuk pembangunan mini LNG Terminal pertama di Indonesia dapat menjadi pintu yang tepat untuk mengembangkan proyek infrastruktur energi lainnya di Tanah Air.
Dikatakan, Benoa LNG Terminal memasok gas untuk pembangkit listrik Indonesia Power yang berjarak 3,5 kilometer dari Pelabuhan Benoa. Proyek tersebut menghabiskan dana sebesar Rp1,2 triliun.
"Dana dari hasil kerja sama itu juga dialokasikan sebesar Rp12 miliar untuk membangun infrastruktur yang sama di Surabaya, Jawa Timur," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Direktur PT Pelindo Energi Logistik Gembong Primadjaja kepada Antara Sabtu mengatakan, CCCC Ltd saat ini tercatat sebagai perusahaan pengerukan ketiga terbesar di dunia, dan telah mencatatkan pendapatan sebesar 54,8 miliar dolar AS pada tahun 2015.
Menurut Gembong, pembangunan infrastruktur LNG sangat sulit jika hanya mengandalkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terserap untuk kepentingan strategis lainnya.
"Kami mencari dana dari luar negeri dengan sistem partnership. Salah satunya dengan CCCC Ltd tersebut," ujar Gembong.
Kerja sama ini, kata Gembong, merupakan tidak lanjut dari kesepakatan antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Di antara kesepakatan itu yaitu mengembangkan investasi untuk manufaktur dan infrastruktur di Indonesia.
Menurut dia, kerja sama ini juga sejalan dengan amanat dari Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Benoa LNG Terminal pada Juni lalu, guna melihat pencapaian luar biasa dan harus segera didukung oleh PLN. Secepatnya, infrastruktur yang sama juga harus diimplementasikan di daerah lain.
"Kami optimistis dengan CCCC Ltd, maka kerja sama ini akan dapat mendukung pemerintah secara optimal dalam pembangunan infrastruktur energi di Indonesia," ujarnya.
Sebagai perusahaan konstruksi nomor satu di Tiongkok, salah satu proyek mereka yang sudah dinikmati masyarakat di Indonesia adalah jembatan Suramadu, Jawa Timur.
Ia mengatakan PT Pelindo Energi Logistik yang telah menjadi pelopor untuk pembangunan mini LNG Terminal pertama di Indonesia dapat menjadi pintu yang tepat untuk mengembangkan proyek infrastruktur energi lainnya di Tanah Air.
Dikatakan, Benoa LNG Terminal memasok gas untuk pembangkit listrik Indonesia Power yang berjarak 3,5 kilometer dari Pelabuhan Benoa. Proyek tersebut menghabiskan dana sebesar Rp1,2 triliun.
"Dana dari hasil kerja sama itu juga dialokasikan sebesar Rp12 miliar untuk membangun infrastruktur yang sama di Surabaya, Jawa Timur," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016