New York, Amerika Serikat (Antara Bali) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla
mengatakan restorasi lahan gambut dan kerusakan hutan di Indonesia
memerlukan kerja sama internasional karena negara-negara di dunia juga
harus bertangungjawab atas kerusakan yang terjadi.
"Jangan lupa tiap tahun hal menjadi masalah besar. Ini sekolah bersama dunia. Yang merusak bukan hanya kita, tetapi mereka juga karena itu dunia juga harus bertanggungjawab," kata Wapres M Jusuf Kalla usai pertemuan yang membahas restorasi lahan gambut di New York Amerika Serikat, Rabu petang waktu setempat.
Lebih lanjut Wapres menjelaskan bahwa kerusakan hutan di Indonesia sudah mulai terjai sejak 30-40 tahun lalau dimana negara-negara maju datang untuk mengeksploitasi hutan guna memenuhi kebutuhan mereka akan furnitur dan sebagainya.
Menurut Wapres, 30-40 tahun lalu tidak ada orang Inonesia yang ikut merusak hutan. Namun tambahnya, justru bangsa pendatang itulah yang melakukan perusakan.
"Karena itu, mereka, negara-negara di dunia ini juga harus bertanggungjawab," kata Wapres,
Untuk memperbaiki kerusakan hutan tersebut, tambah Wapres, Indonesia tidak bisa bekerja sendirian karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Wapres menjelaskan untuk bisa dilakukan kerja sama internasional maka yang diperlukan adalah adanya regulasi yang bisa memayungi hal tersebut.
Kemudian, perencanaan dan transparansi dan akuntabilitas serta teknologi sehingga masyarakat dunia mempercayainya.
Wapres menjelaskan sebenarnya Norwegia sudah siap untuk melakukan hal tersebtu dengan program "Red plus"- nya. Namun sayangnya tambah Wapres, justru Indonesia sendiri yang belum siap.
"Mereka, negara-negara ini bergerak dalam bidang perubahan iklim (Climate Change), jadi kalau terjadi kerusakan hutan di Indonesia akan berpengaruh kepada mereka. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Jangan lupa tiap tahun hal menjadi masalah besar. Ini sekolah bersama dunia. Yang merusak bukan hanya kita, tetapi mereka juga karena itu dunia juga harus bertanggungjawab," kata Wapres M Jusuf Kalla usai pertemuan yang membahas restorasi lahan gambut di New York Amerika Serikat, Rabu petang waktu setempat.
Lebih lanjut Wapres menjelaskan bahwa kerusakan hutan di Indonesia sudah mulai terjai sejak 30-40 tahun lalau dimana negara-negara maju datang untuk mengeksploitasi hutan guna memenuhi kebutuhan mereka akan furnitur dan sebagainya.
Menurut Wapres, 30-40 tahun lalu tidak ada orang Inonesia yang ikut merusak hutan. Namun tambahnya, justru bangsa pendatang itulah yang melakukan perusakan.
"Karena itu, mereka, negara-negara di dunia ini juga harus bertanggungjawab," kata Wapres,
Untuk memperbaiki kerusakan hutan tersebut, tambah Wapres, Indonesia tidak bisa bekerja sendirian karena membutuhkan biaya yang sangat besar. Wapres menjelaskan untuk bisa dilakukan kerja sama internasional maka yang diperlukan adalah adanya regulasi yang bisa memayungi hal tersebut.
Kemudian, perencanaan dan transparansi dan akuntabilitas serta teknologi sehingga masyarakat dunia mempercayainya.
Wapres menjelaskan sebenarnya Norwegia sudah siap untuk melakukan hal tersebtu dengan program "Red plus"- nya. Namun sayangnya tambah Wapres, justru Indonesia sendiri yang belum siap.
"Mereka, negara-negara ini bergerak dalam bidang perubahan iklim (Climate Change), jadi kalau terjadi kerusakan hutan di Indonesia akan berpengaruh kepada mereka. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016