Denpasar (Antara Bali) - Selama Januari 2011, tingkat inflasi pedesaan di Bali tercatat 0,58 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi tingkat nasional yang mencapai 0,98 persen.
"Inflasi pedesaan kita menempati urutan ke-27 dari 33 provinsi di Indonesia yang mengalami hal sama," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Gede Suarsa, S.Mi di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sumatera Utara sebesar 1,74 persen.
Sedangkan inflasi pedesaan terendah di Indonesia terjadi di Sulawesi Tenggara hanya 0,01 persen. Inflasi pedesaan Bali tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai tukar petani (NTP) dan perubahan indeks.
Gede Suarsa menjelaskan, NTP Bali pada Januari 2011 sebesar 104,12 persen, menurun 0,07 persen dibanding Desember 2010 yang tercatat 104,20 persen.
"Meskipun NTP kita mengalami penurunan, namun masih tetap berada di atas rata-rata NTP nasional yang hanya 103,01 persen," ujarnya.
Dari lima subsektor yang menjadi indikator dalam menentukan NTP tersebut, tiga diantaranya mengalami penurunan dan dua menunjukkan adanya peningkatan.
Ketiga subsektor yang mengalami penurunan meliputi tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) sebesar 1,06 persen, subsektor peternakan (NTP-Pt) 0,83 persen dan subsektor perikanan (NTP-Pi) 0,55 persen.
Dua sebsektor lainnya yang mengalami peningkatan meliputi tanaman pangan (NTP-P) 0,46 persen dan subsektor hortikultura (NTP-H) 0,62 persen.
Kondisi tersebut menurut Gede Suarsa, berkat naiknya indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih besar dari indeks barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga pedesaan di Pulau Dewata.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di tingkat pedesaan. Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya produk pertanian.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani. "Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani," tutur Gede Suarsa.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Inflasi pedesaan kita menempati urutan ke-27 dari 33 provinsi di Indonesia yang mengalami hal sama," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Gede Suarsa, S.Mi di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sumatera Utara sebesar 1,74 persen.
Sedangkan inflasi pedesaan terendah di Indonesia terjadi di Sulawesi Tenggara hanya 0,01 persen. Inflasi pedesaan Bali tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai tukar petani (NTP) dan perubahan indeks.
Gede Suarsa menjelaskan, NTP Bali pada Januari 2011 sebesar 104,12 persen, menurun 0,07 persen dibanding Desember 2010 yang tercatat 104,20 persen.
"Meskipun NTP kita mengalami penurunan, namun masih tetap berada di atas rata-rata NTP nasional yang hanya 103,01 persen," ujarnya.
Dari lima subsektor yang menjadi indikator dalam menentukan NTP tersebut, tiga diantaranya mengalami penurunan dan dua menunjukkan adanya peningkatan.
Ketiga subsektor yang mengalami penurunan meliputi tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) sebesar 1,06 persen, subsektor peternakan (NTP-Pt) 0,83 persen dan subsektor perikanan (NTP-Pi) 0,55 persen.
Dua sebsektor lainnya yang mengalami peningkatan meliputi tanaman pangan (NTP-P) 0,46 persen dan subsektor hortikultura (NTP-H) 0,62 persen.
Kondisi tersebut menurut Gede Suarsa, berkat naiknya indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih besar dari indeks barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga pedesaan di Pulau Dewata.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di tingkat pedesaan. Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun biaya produk pertanian.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani. "Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani," tutur Gede Suarsa.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011