Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengirimkan bantuan untuk Nengah Murna (42), warga asal Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, yang menderita tumor mata.
"Kami menyerahkan bantuan dari gubernur berupa uang tunai serta kami berkoordinasi dengan pihak RSUP Sanglah untuk dibantu penanganan Murna lebih lanjut," kata Kepala Sub Bagian Publikasi Media Elektronik Biro Humas Setda Provinsi Bali Ketut Yadnya Winarta di sela-sela menyerahkan bantuan tersebut, di Denpasar, Senin.
Dalam kesempatan tersebut, selain menyerahkan bantuan uang tunai, tim dari Biro Humas juga menyerahkan bantuan beras yang diharapkan bisa digunakan meringankan beban Murna.
Tim Biro Humas sebelumnya diutus Gubernur Bali untuk mengunjungi rumah Murna di Rendang Karangem, namun sesampainya di lokasi, tim mendapatkan informasi bahwa yang bersangkutan tengah melakukan pemeriksaan di RSUP Sanglah, Denpasar.
Tim segera menyusul ke rumah sakit dan bertemu dengan Murma didampingi oleh istri dan adik bungsunya. Kondisi Murma sangat memprihatinkan karena tumor yang menyerangnya sejak empat bulan lalu.
Menurut Murma, awalnya hanya seukuran biji jagung, namun hanya dalam waktu empat bulan, tumor ganas itu sudah menghilangkan penglihatan mata bagian kanannya.
"Sudah empat bulan ini saya tidak pernah bisa tidur menahan rasa sakit yang luar biasa. Awalnya ukurannya masih kecil, tapi sekarang ukurannya semakin membesar," kata Murna ketika ditemui di ruang tunggu Poliklinik Bedah RSUP Sanglah.
Pada 21 juli 2016, ia dijadwalkan untuk dioperasi pengangkatan tumor namun tertunda karena terkendala ruangan. Kemudian 25 Juli dijadwalkan kembali untuk operasi namun keterangan dokter berbeda dari keterangan awal.
"Pada 21 Juli bilangnya tidak sampai angkat bola mata, namun karena kendala kamar jadi ditunda. Kemudian 25 Juli kembali dijadwalkan, tetapi saat itu keterangan dokter berbeda, dokter mengatakan jika bola mata harus ikut diangkat. Sehingga hal itu membuat saya syok dan menundanya," ujarnya.
Setelah itu Murma mengaku hanya rawat jalan sembari memikirkan tindak lanjut ke depannya. Namun, kini dirinya sudah pasrah seperti apa tindakan yang harus diambil demi kebaikan ke depannya.
"Sekarang saya pasrah, kalau memang dioperasi harus mengangkat tumor dan bola matanya juga ya saya terima asal demi kebaikan saya," katanya.
Selama ini biaya pengobatan Murma menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara, dan terakhir menjalani pemeriksaan jalan pada 27 Agustus lalu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami menyerahkan bantuan dari gubernur berupa uang tunai serta kami berkoordinasi dengan pihak RSUP Sanglah untuk dibantu penanganan Murna lebih lanjut," kata Kepala Sub Bagian Publikasi Media Elektronik Biro Humas Setda Provinsi Bali Ketut Yadnya Winarta di sela-sela menyerahkan bantuan tersebut, di Denpasar, Senin.
Dalam kesempatan tersebut, selain menyerahkan bantuan uang tunai, tim dari Biro Humas juga menyerahkan bantuan beras yang diharapkan bisa digunakan meringankan beban Murna.
Tim Biro Humas sebelumnya diutus Gubernur Bali untuk mengunjungi rumah Murna di Rendang Karangem, namun sesampainya di lokasi, tim mendapatkan informasi bahwa yang bersangkutan tengah melakukan pemeriksaan di RSUP Sanglah, Denpasar.
Tim segera menyusul ke rumah sakit dan bertemu dengan Murma didampingi oleh istri dan adik bungsunya. Kondisi Murma sangat memprihatinkan karena tumor yang menyerangnya sejak empat bulan lalu.
Menurut Murma, awalnya hanya seukuran biji jagung, namun hanya dalam waktu empat bulan, tumor ganas itu sudah menghilangkan penglihatan mata bagian kanannya.
"Sudah empat bulan ini saya tidak pernah bisa tidur menahan rasa sakit yang luar biasa. Awalnya ukurannya masih kecil, tapi sekarang ukurannya semakin membesar," kata Murna ketika ditemui di ruang tunggu Poliklinik Bedah RSUP Sanglah.
Pada 21 juli 2016, ia dijadwalkan untuk dioperasi pengangkatan tumor namun tertunda karena terkendala ruangan. Kemudian 25 Juli dijadwalkan kembali untuk operasi namun keterangan dokter berbeda dari keterangan awal.
"Pada 21 Juli bilangnya tidak sampai angkat bola mata, namun karena kendala kamar jadi ditunda. Kemudian 25 Juli kembali dijadwalkan, tetapi saat itu keterangan dokter berbeda, dokter mengatakan jika bola mata harus ikut diangkat. Sehingga hal itu membuat saya syok dan menundanya," ujarnya.
Setelah itu Murma mengaku hanya rawat jalan sembari memikirkan tindak lanjut ke depannya. Namun, kini dirinya sudah pasrah seperti apa tindakan yang harus diambil demi kebaikan ke depannya.
"Sekarang saya pasrah, kalau memang dioperasi harus mengangkat tumor dan bola matanya juga ya saya terima asal demi kebaikan saya," katanya.
Selama ini biaya pengobatan Murma menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara, dan terakhir menjalani pemeriksaan jalan pada 27 Agustus lalu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016