Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat, perolehan devisa dari ekspor tembikar (terracotta) sebesar 1,075 juta dolar AS selama semester I-2016, naik 20,09 persen dibanding semester yang sama tahun sebelumnya tercatat 895.592,07 dolar AS.

"Sedangkan dari segi volume merosot 8,37 persen dari mengapalkan 408.659 unit pada semester I-2015 menjadi 374.450 unit pada semester yang sama 2016," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, pengaplan dari segi volume menurunan, namun perolehan devisa meningkat itu menunjukkan harga persatuan unit kerajinan tembikar di pasaran luar negeri semakin mahal.

Meskipun demikian andilnya masih kecil yakni baru 0,34 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 290,585 juta dolar AS selama semester I-2016, meningkat 21,16 persen dibanding semester yang sama tahun sebelumnya tercatat 239,832 juta dolar AS.

Made Suastika menambahkan, hasil kerajinan tembikar merupakan salah satu dari 17 unit usaha kerajinan skala rumah tangga yang telah berhasl menembus pasaran luar negeri.

Sementara Ni Wayan Wardani, seorang pengusaha dan eksporter dalam kesempatan terpisah menjelaskan, perdagangan ekspor aneka kerajinan berbahan baku tanah liat belakangan ini cukup lancar, terutama banyak dipesan oleh konsumen asal Italia, Belanda, Jerman dan Amerika Serikat.

Perdagangan itu cukup menggembirakan, mengingat hasil kerajinan tembikar selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, terutama untuk kepentingan ritual adat dan keagamaan, seperti untuk ritual ngaben (kremasi).

Berkat komunikasi dan perkembangan dunia pariwisata, maka banyak orang asing yang ingin memiliki dan membeli aneka kerajinan dari tanah liat dengan rancang bangun (desain) yang dibawanya sendiri oleh pemesan, menyebabkan perdagangan tembikar ke luar negeri lancar.

Ia mengatakan, aneka barang berbahan baku tanah liat biasanya dibuat berupa guci atau gentong yang dipergunakan sebagai tempat menyimpan beras oleh penduduk setempat, namun kini berkembang berupa tempat hiasan lampu yang banyak ditempatkan di taman.

Demikian pula Piring berbahan baku tanah liat juga banyak diperdagangkan dari Bali dengan berbagai desain unik hadir untuk menemani aktivitas, baik di rumah-rumah makan atau hanya untuk pajangan di ruang tamu atau ditempatkan di tempat strategis oleh pemilik rumah.

Perajin yang sudah mendapatkan pelatihan dari petugas yang ahli di bidang itu mampu memproduksi piring-piring cantik untuk dijadikan pajangan, baik yang sudah dicat maupun dengan warna alami tentu sesuai kesukaan dari para konsumen, ujar Ni Wayan Wardani.

Kerajinan berbahan baku tanah liat ini diproduksi oleh masyarakat Bali terutama di pusat kerajinan Desa Pejaten, Kabupaten Tabanan, Desa Kapal Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar.

Produksi tembikar tersebut diharapkan terus meningkat sesuai perkembangan pasar luar negeri yang semakin bergairah, harap NI Wayan Wardani. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016