Jakarta (Antara Bali) - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
Sumarna Surapranata mengatakan skor kelulusan uji sertifikasi guru pada
tahun ini naik menjadi 80.
"Tahun sebelumnya hanya 42. Tapi tahun ini kami tingkatkan menjadi 80 karena berdasarkan laporan Bank Dunia tidak ada perbedaan antara guru yang sudah bersertifikasi dan tidak bersertifikasi. Oleh karena itu, kami naikkan skornya menjadi 80," ujar Sumarna usai penandatanganan nota kesepahaman uji sertifikasi dengan 15 rayon di Jakarta, Jumat.
Meski terjadi kenaikan skor, tetapi terdapat perbedaan mekanisme dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini guru yang tidak lulus sertifikasi akan mendapatkan kesempatan untuk ikut ujian kembali sebanyak empat kali.
"Guru bisa belajar lagi secara mandiri dan ikut ujian kembali, maksimal empat kali," katanya.
Pada tahun ini, jumlah guru yang mengikuti sertifikasi sebanyak 69.259 orang.
"Kami sudah sosialisasikan sejak beberapa bulan yang lalu, jadi kami harapkan tidak ada gejolak," lanjut dia.
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut terkait dengan penyelenggaraan ujian sertifikasi guru yang akan diselenggarakan pada awal Oktober.
Dari 15 rayon tersebut, jumlah peserta terbanyak ada di DKI Jakarta yakni 8.136 orang dan anggaran yang dialokasikan sebanyak Rp32,29 miliar.
Rektor Universitas Negeri Medan Syawal Gultom, mengatakan pihaknya yakin tidak akan terjadi gejolak akibat kenaikan skor kelulusan.
"Kami sudah melakukan sosialisasi sejak awal Maret," kata Syawal.
Sementara, Rektor Universitas Negeri Jakarta, Djaali, mengatakan kenaikan nilai kelulusan itu akan dapat meningkatkan kompetensi para guru.
"Konsekuensinya memang banyak yang tidak lulus, tapi kami yakin ini salah satu cara meningkatkan kompetensi guru," kata Djaali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tahun sebelumnya hanya 42. Tapi tahun ini kami tingkatkan menjadi 80 karena berdasarkan laporan Bank Dunia tidak ada perbedaan antara guru yang sudah bersertifikasi dan tidak bersertifikasi. Oleh karena itu, kami naikkan skornya menjadi 80," ujar Sumarna usai penandatanganan nota kesepahaman uji sertifikasi dengan 15 rayon di Jakarta, Jumat.
Meski terjadi kenaikan skor, tetapi terdapat perbedaan mekanisme dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini guru yang tidak lulus sertifikasi akan mendapatkan kesempatan untuk ikut ujian kembali sebanyak empat kali.
"Guru bisa belajar lagi secara mandiri dan ikut ujian kembali, maksimal empat kali," katanya.
Pada tahun ini, jumlah guru yang mengikuti sertifikasi sebanyak 69.259 orang.
"Kami sudah sosialisasikan sejak beberapa bulan yang lalu, jadi kami harapkan tidak ada gejolak," lanjut dia.
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut terkait dengan penyelenggaraan ujian sertifikasi guru yang akan diselenggarakan pada awal Oktober.
Dari 15 rayon tersebut, jumlah peserta terbanyak ada di DKI Jakarta yakni 8.136 orang dan anggaran yang dialokasikan sebanyak Rp32,29 miliar.
Rektor Universitas Negeri Medan Syawal Gultom, mengatakan pihaknya yakin tidak akan terjadi gejolak akibat kenaikan skor kelulusan.
"Kami sudah melakukan sosialisasi sejak awal Maret," kata Syawal.
Sementara, Rektor Universitas Negeri Jakarta, Djaali, mengatakan kenaikan nilai kelulusan itu akan dapat meningkatkan kompetensi para guru.
"Konsekuensinya memang banyak yang tidak lulus, tapi kami yakin ini salah satu cara meningkatkan kompetensi guru," kata Djaali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016