Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, akan menggelar dialog "timbang pandang" menyangkut dunia kesenirupaan.
"Kegiatan yang akan digelar Minggu (14/8) itu mengusung tema Seni Rupa Kita Kini," kata penata acara BBB, Juwitta K Lasut di Denpasar, Jumat.
Dialog tersebut menampilkan tiga pembicara, Dr I Wayan Kun Adnyana, dosen Institut Seni Indonesia ISI Denpasar yang juga kritikus seni rupa, dan kurator, Nirwan Dewanto (penyair, kurator) dan Dr Jean Couteau (kurator, kritikus seni rupa dan pengamat sosial budaya).
Mereka akan membincangkan praktik penciptaan dan aneka wacana yang mengemuka selama ini, serta tautan kreatif dengan bidang-bidang seni lainnya.
Juwitta menambahkan, sebagai titik mula dialog akan ditelisik tentang kolaborasi seni, beserta dinamika dan keberadaannya. Ragam seni kolaboratif itu mengandaikan adanya proses cipta yang lintas batas, terbukti memang kian marak belakangan ini.
Timbang pandang ini merujuk pada buku "Satu Setengah Mata-Mata" yang diterbitkan oleh Penerbit Oak (2016). Buku tersebut menghimpun 34 tulisan hasil pengamatan Nirwan Dewanto, penyair yang juga kurator Galeri Salihara, atas sejumlah peristiwa seni dan kebudayaan yang berlangsung sepanjang tahun 1995- 2015.
Ulasan-ulasan Nirwan Dewanto dalam buku tersebut, secara langsung atau tidak, mengungkapkan proses kreasi yang lintas batas tersebut, menggambarkan pula capaian seni terkini hasil kolaborasi antarkreator mumpuni Indonesia atau capaian seniman yang berkarya secara individu dengan mendayagunakan aneka media.
Tulisan-tulisan Nirwan Dewanto itu bergerak bebas antara non-fiksi dan fiksi, antara antropologi dan catatan otobiografi, antara telaah seni dan nalar puitik, antara pembacaan dekat dan pembacaan jauh.
Semua itu mencerminkan kematangan berbahasa serta analisa yang tajam dan mendalam. Sebagian merupakan catatan kuratorial untuk pameran tunggal Nasirun, Entang Wiharso, Dipo Andy, Eko Nugroho, S Teddy Darmawan, dan Hanafi.
Sedangkan sebagian lainnya adalah ulasan atau tanggapan pada peristiwa-peristiwa seni yang menggoda perenungannya, misalnya pameran IGK Murniasih (Oktober 2000) dan Dadang Kristanto (2002). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kegiatan yang akan digelar Minggu (14/8) itu mengusung tema Seni Rupa Kita Kini," kata penata acara BBB, Juwitta K Lasut di Denpasar, Jumat.
Dialog tersebut menampilkan tiga pembicara, Dr I Wayan Kun Adnyana, dosen Institut Seni Indonesia ISI Denpasar yang juga kritikus seni rupa, dan kurator, Nirwan Dewanto (penyair, kurator) dan Dr Jean Couteau (kurator, kritikus seni rupa dan pengamat sosial budaya).
Mereka akan membincangkan praktik penciptaan dan aneka wacana yang mengemuka selama ini, serta tautan kreatif dengan bidang-bidang seni lainnya.
Juwitta menambahkan, sebagai titik mula dialog akan ditelisik tentang kolaborasi seni, beserta dinamika dan keberadaannya. Ragam seni kolaboratif itu mengandaikan adanya proses cipta yang lintas batas, terbukti memang kian marak belakangan ini.
Timbang pandang ini merujuk pada buku "Satu Setengah Mata-Mata" yang diterbitkan oleh Penerbit Oak (2016). Buku tersebut menghimpun 34 tulisan hasil pengamatan Nirwan Dewanto, penyair yang juga kurator Galeri Salihara, atas sejumlah peristiwa seni dan kebudayaan yang berlangsung sepanjang tahun 1995- 2015.
Ulasan-ulasan Nirwan Dewanto dalam buku tersebut, secara langsung atau tidak, mengungkapkan proses kreasi yang lintas batas tersebut, menggambarkan pula capaian seni terkini hasil kolaborasi antarkreator mumpuni Indonesia atau capaian seniman yang berkarya secara individu dengan mendayagunakan aneka media.
Tulisan-tulisan Nirwan Dewanto itu bergerak bebas antara non-fiksi dan fiksi, antara antropologi dan catatan otobiografi, antara telaah seni dan nalar puitik, antara pembacaan dekat dan pembacaan jauh.
Semua itu mencerminkan kematangan berbahasa serta analisa yang tajam dan mendalam. Sebagian merupakan catatan kuratorial untuk pameran tunggal Nasirun, Entang Wiharso, Dipo Andy, Eko Nugroho, S Teddy Darmawan, dan Hanafi.
Sedangkan sebagian lainnya adalah ulasan atau tanggapan pada peristiwa-peristiwa seni yang menggoda perenungannya, misalnya pameran IGK Murniasih (Oktober 2000) dan Dadang Kristanto (2002). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016