Denpasar (Antara Bali) - Peserta delegasi pertemuan "Organization World Heritage City (OWHC)" Asia Pasifik yang diselenggarakan di Sanur, Bali, sudah tiba mulai Sabtu (6/8).

Wakil Wali Kota Gyeongju Korea Sang-Wook di Denpasar, Minggu mengatakan terpilihnya Kota Denpasar sebagai tempat pertemuan OWHC, yang di mulai 7-10 Agustus mendatang, karena lokasinya strategis dan memiliki kesamaan budaya.

"Denpasar dengan Korea ada kesamaan dalam pelestarian budaya. Di daerah kami juga ada aturan dalam zona menata bangunan. Di sini (Denpasar) juga ada aturan dalam tingginya bangunan," ujar Sang-Wook didampingi Sekretariat Regional OWHC Asian-Pasific, Ja-Hyun Jang .

Ia berharap melalui pertemuan OWHC Asia Pasifik nantinya dapat berbagi pengalaman dan memberikan rekomendasi di bidang pendidikan, tata cara perencanaan kota. Dalam pertemuan tersebut tidak saja menggali permasalahan kota pusaka di Asia Pasifik, namun menunjukkan kepada dunia tentang pelestarian budaya.

Sementara Direktur Jenderal ICHCAP Huh Kwon mengatakan seluruh pemerintah daerah memilki kewajiban dalam pelestarian budaya dengan mensinergikan lewat penguatan generasi muda dalam pelestarian budaya.

"Strategic meeting menjadi penguatan pemerintah daerah dalam memberikan pemahaman kepada komunitas, yakni terkait konservasi pusaka mengharmonisasikan budaya ragawi dan nonragawi agar dapat harmonis," ucapnya.

Ia berharap pertemuan di Kota Denpasar dapat menjalin kerja sama dan isu penguatan generasi muda, serta melakukan konservasi kota pusaka mulai dari jenjang tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi," ucapnya.

Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan jaringan kepemudaan dalam pelestarian kota pusaka menjadi pembahasan global yang dapat memberikan perubahan serta mampu menjawab tantangan perkembangan dunia ke depan.

Rai Mantra mengatakan Kota Denpasar telah membentuk Pemuda Pelestari Budaya dari lima tahun lalu. Kelompok komunitas pemuda ini melakukan pembahasan perkembangan kebudayaan.

"Kami menyadari kebudayaan tidak saja pada seni budaya, namum memperkenalkan budaya sejak usia dini lewat penguatan, seperti `Rare Bali Festival` di Kota Denpasar dalam memberikan ruang pengenalan budaya sejak dini," ujarnya.

Selain itu, kata dia, dalam kelompok pemuda setiap tahun juga melakukan evaluasi dan lokakarya, serta kemah bersama untuk membahas kebudayaan yang ada sahat ini dalam menghadapi era globalisasi.

"Dalam kelompok tersebut setiap tahun melakukan pertemuan dan lokakarya. Pertemuan antarkelompok itu juga membahas budaya yang ada di Denpasar, sebab di kota ini juga banyak ragam budaya, baik seni maupun pusaka dalam bentuk bangunan," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016