Denpasar (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengharapkan pemilihan Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali menjadi wahana pembinaan generasi muda yang mampu melestarikan adat dan nilai seni budaya.
"Saya ingin ajang seperti ini mampu menghasilkan teruna teruni Bali berdimensi global namun tetap peduli pada pelestarian adat, budaya dan lingkungan," katanya pada pemilihan grand final pemilihan Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Selasa (19/7) malam.
Pelestarian lingkungan juga sangat diperlukan sebagai syarat mutlak bagi Bali sebagai daerah pariwisata dunia.
Ia mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) kampus setempat yang juga memberikan ruang bagi mereka untuk menyalurkan ekspresi, inovasi dan kreatifitas.
Dengan demikian, pemilihan serupa di Bali tidak hanya menonjolkan penampilan fisik semata.
Ketua STIKOM Bali Dadang Hermawan mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan ajang pembuktian bahwa kampusnya tak hanya fokus pada upaya mengasah kemampuan anak didik terhadap penguasaan IT tetapi turut berperan dalam pelestarian seni dan budaya.
Ajang itu juga diharapkan melatih generasi muda untuk berorganisasi dan bersosialisasi dengan penekanan adat dan budaya Bali.
"Kami mendorong kegiatan mahasiswa sebagai ajang latihan berorganisasi termasuk menekankan adat dan budaya Bali," ucapnya.
Ketua Panitia Alit Janiartha menjelaskan bahwa sejumlah kriteria menjadi penilaian dalam pemilihan Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali tersebut.
Penilaian itu di antaranya kepemimpinan, wawasan, pemahanan budaya, kemampuan berbicara di depan publik serta penampilan.
Setelah melewati persaingan yang cukup ketat, malam grand final menampilkan 10 pasang peserta yang telah melalui proses seleksi sejak 10 Juli 2016 itu akhirnya menobatkan I Gusti Made Surya Dwipayana dan Dewa Ayu Putu Saningsih sebagai Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali 2016. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Saya ingin ajang seperti ini mampu menghasilkan teruna teruni Bali berdimensi global namun tetap peduli pada pelestarian adat, budaya dan lingkungan," katanya pada pemilihan grand final pemilihan Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Selasa (19/7) malam.
Pelestarian lingkungan juga sangat diperlukan sebagai syarat mutlak bagi Bali sebagai daerah pariwisata dunia.
Ia mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) kampus setempat yang juga memberikan ruang bagi mereka untuk menyalurkan ekspresi, inovasi dan kreatifitas.
Dengan demikian, pemilihan serupa di Bali tidak hanya menonjolkan penampilan fisik semata.
Ketua STIKOM Bali Dadang Hermawan mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan ajang pembuktian bahwa kampusnya tak hanya fokus pada upaya mengasah kemampuan anak didik terhadap penguasaan IT tetapi turut berperan dalam pelestarian seni dan budaya.
Ajang itu juga diharapkan melatih generasi muda untuk berorganisasi dan bersosialisasi dengan penekanan adat dan budaya Bali.
"Kami mendorong kegiatan mahasiswa sebagai ajang latihan berorganisasi termasuk menekankan adat dan budaya Bali," ucapnya.
Ketua Panitia Alit Janiartha menjelaskan bahwa sejumlah kriteria menjadi penilaian dalam pemilihan Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali tersebut.
Penilaian itu di antaranya kepemimpinan, wawasan, pemahanan budaya, kemampuan berbicara di depan publik serta penampilan.
Setelah melewati persaingan yang cukup ketat, malam grand final menampilkan 10 pasang peserta yang telah melalui proses seleksi sejak 10 Juli 2016 itu akhirnya menobatkan I Gusti Made Surya Dwipayana dan Dewa Ayu Putu Saningsih sebagai Teruna Bagus dan Teruni Jegeg STIKOM Bali 2016. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016