Jakarta (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menghargai kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam membekuk jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
"Kita mengucapkan penghargaan sebesar-besarnya kepada polisi dan tentara yang sudah melakukan operasi besar-besaran selama berbulan-bulan. Karena itulah diberikan penghargaan," kata Wapres Kalla usai menghadiri Muktamar III Wahdah Islamiyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa.
Terkait dugaan tewasnya Santoso sebagai dalang dari kelompok tersebut, Wapres mengatakan Pemerintah masih menunggu hasil investigasi dan identifikasi oleh pihak terkait.
"Kalau itu berhasil, artinya kita bisa menyelesaikan masalah di Poso. Ini masih menunggu kepastian DNA-nya," katanya.
Satgas Tinombala merupakan tim khusus yang dibentuk untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok Santoso di hutan Poso. Tim ini merupakan gabungan dari prajurit TNI dan Polisi yang jumlah totalnya lebih dari 3.000 orang.
Selama ini, kerja sama TNI dan Polisi yang tergabung dalam Satgas Tinombala cukup efektif menyulitkan pergerakan kelompok Santoso. Sudah banyak anggota kelompok Santoso yang berhasil ditangkap oleh tim Satgas Tinombala.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Tatang Sulaiman, menyebutkan, batalyon Raider 515 Kostrad, Satgas Tinombala, baku tembak dengan kelompok Santoso dan mengakibatkan salah satu terduga Santoso, tewas.
"Jadi ada kontak senjata di koordinat UTM 2027-6511. Kontak tembak dari satuan tugas Batalyon Raider 515 Kostrad. Yang jelas tim satgas penugasan pengejaran Santoso," kata Kapuspen TNI saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Selasa.
Jenderal bintang dua ini menyebutkan, baku tembak terjadi pada Senin (18/7) sekitar pukul 17.00 WIT. Ada lima orang yang terlibat baku tembak dengan tim Satgas Tinombala,yang dua orang di antaranya tewas. Salah satunya diduga Santoso.
"Dua orang meninggal salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai tahi lalat yang cirinya dicurigai mirip Santoso," jelas Tatang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kita mengucapkan penghargaan sebesar-besarnya kepada polisi dan tentara yang sudah melakukan operasi besar-besaran selama berbulan-bulan. Karena itulah diberikan penghargaan," kata Wapres Kalla usai menghadiri Muktamar III Wahdah Islamiyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa.
Terkait dugaan tewasnya Santoso sebagai dalang dari kelompok tersebut, Wapres mengatakan Pemerintah masih menunggu hasil investigasi dan identifikasi oleh pihak terkait.
"Kalau itu berhasil, artinya kita bisa menyelesaikan masalah di Poso. Ini masih menunggu kepastian DNA-nya," katanya.
Satgas Tinombala merupakan tim khusus yang dibentuk untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok Santoso di hutan Poso. Tim ini merupakan gabungan dari prajurit TNI dan Polisi yang jumlah totalnya lebih dari 3.000 orang.
Selama ini, kerja sama TNI dan Polisi yang tergabung dalam Satgas Tinombala cukup efektif menyulitkan pergerakan kelompok Santoso. Sudah banyak anggota kelompok Santoso yang berhasil ditangkap oleh tim Satgas Tinombala.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Tatang Sulaiman, menyebutkan, batalyon Raider 515 Kostrad, Satgas Tinombala, baku tembak dengan kelompok Santoso dan mengakibatkan salah satu terduga Santoso, tewas.
"Jadi ada kontak senjata di koordinat UTM 2027-6511. Kontak tembak dari satuan tugas Batalyon Raider 515 Kostrad. Yang jelas tim satgas penugasan pengejaran Santoso," kata Kapuspen TNI saat dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Selasa.
Jenderal bintang dua ini menyebutkan, baku tembak terjadi pada Senin (18/7) sekitar pukul 17.00 WIT. Ada lima orang yang terlibat baku tembak dengan tim Satgas Tinombala,yang dua orang di antaranya tewas. Salah satunya diduga Santoso.
"Dua orang meninggal salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai tahi lalat yang cirinya dicurigai mirip Santoso," jelas Tatang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016