Washington (Antara Bali/Xinhua-OANA) - Bersepeda, baik sebagai alat transportasi ke tempat kerja atau sebagai kegiatan rekreasi, mungkin membantu mencegah diabetes tipe 2, demikian satu studi yang disiarkan pada Selasa (12/7) di jurnal AS, PLOS Medicine.

Di dalam studi tersebut, Martin Rasmussen dari University of Southern Denmark dan rekannya merekrut 24.623 lelaki dan 27.890 perempuan yang berusia 50 sampai 65 tahun di Denmark.

Lalu, mereka membandingkan hubungan antara kebiasaan bersepeda pelaju dan rekreasi yang dilaporkan peserta dan diabetes tipe 2 dengan peristiwa penyakit tersebut diukur di Danish National Diabetes Registry.

Para peneliti itu mendapati bahwa para peserta yang terlibat bersepeda menghadapi kemungkinan lebih kecil untuk terserang diabetes tipe 2, dan resiko terserang penyakit tersebut tampak berkurang dengan waktu lebih lama yang dihabiskan dalam bersepeda per pekan.

Lima tahun setelah mereka pertama kali direkrut, para peserta dihubungan untuk mengikuti perkembangan dan kebiasaan bersepeda mereka dinilai kembali, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam.

Hasil tersebut memperlihatkan orang yang memiliki kebiasaan bersepeda selama masa itu menghadapi kemungkinan 20 persen lebih kecil untuk terserang diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang tidak bersepeda.

Temuan tersebut bahwa kegiatan bersepeda, dan bahkan memulai bersepeda saat orang yang sudah berusia lanjut, bisa mengurangi resiko diabetes tipe 2, mendukung pengembangan program untuk mendorong kebiasaan bersepeda, kata studi itu.

"Karena bersepeda dapat dimasukkan ke dalam kegiatan setiap hari, itu mungkin menarik buat sebagian besar masyarakat. Ini meliputi orang yang karena kekurangan waktu, tak memiliki sumber untuk terlibat dalam kegiatan fisik," kata Rasmussen.

Di dalam satu artikel yang menyertai studi itu, Jenna Panter dan David Ogilvie dari University of Cambridge menyerukan kegiatan kesehatan masyarakat untuk mendukung campur tangan penilaian yang dirancang untuk meningkatkan kebiasaan kegiatan fisik di dalam masyarakat.

"Masa depan pencegahan diabetes tampaknya tergantung atas pengesahan tindakan kesehatan masyarakat yang lebih ambisius, inovatif, dan radikal, dan bukan sekedar terus melakukan metoda pencegahan lemah yang ada dengan intensitas yang lebih besar," tulis kedua ilmuwan tersebut.

"Tak terelakkan bahwa sebagian strategi akan lebih berhasil dibandingkan dengan yang lain dan setiap penyelesaian yang diberikan bisa menghasilkan masalah baru, tapi ini tak boleh dijadikan alasan untuk tidak berdiam diri." (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016