Masyarakat Bali mewarisi tradisi menyangkut seni budaya dan agama yang tetap kukuh dan eksis dalam hidup keseharian masyarakat hingga sekarang dengan mengedepankan kearifan lokal dan perilaku bermakna sosial.

Generasi penerus leluhur orang Bali selama berabad-abad melakukan ritual dengan sikap tulus ikhlas dan keyakinan yang tinggi sebagai wujud menguatkan kualitas dedikasi dan pengabdian (sraddha dan bakti) kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Umat tanpa perlu pikir panjang atau hirau mempertanyakan mengapa harus seperti itu. Bagi mereka yang penting melakukan ritual sesuai dengan petunjuk dan keyakinan. Itulah yang tercermin dari perayaan Hari Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yang akan dilaksanakan di seluruh jenjang pendidikan Pulau Dewata, Sabtu (25/6).

Pelajar mulai sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA,) hingga perguruan tinggi selama ini rutin mengikuti persembahyangan bersama secara khidmat dan lancar.

Perayaan Hari Saraswati yang diperingati setiap 210 hari sekali (6 bulan) kali ini jatuh bertepatan dengan liburan panjang bagi anak-anak sekolah setelah kenaikan kelas dan mengikuti ujian akhir, tutur Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr. Ketut Sumadi.

Melalui perayaan Hari Saraswati tersebut diharapkan mampu menganugerahkan kecerdasan manusia sejati, menguatkan iman, dan meningkatkan bakti pada nusa dan bangsa.

Cerdas bagi setiap umat manusia, khususnya generasi muda dapat meningkatkan prestasi belajar meraih kemajuan bidang ilmu pengetahuan, kreatif, dan inovatif dalam mengasah keterampilan bidang teknologi.

Umat Hindu pada Hari Raya Saraswati menurut Jero Mangku Ketut Sumadi itu melakukan pemujaan terhadap Dewi Saraswati, Dewa ilmu pengetahuan, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Dewi Saraswati yang dipuja pada perayaan Saraswati yang jatuh pada setiap Hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung merupakan lambang ilmu pengetahuan yang diibaratkan seorang wanita cantik berwibawa yang penuh arti simpati.

Dewi Saraswati memiliki empat tangan masing-masing memegang keropak yang melambangkan usaha mendalami ilmu pengetahuan, bunga teratai (lambang kesucian), genitri (belajar seumur hidup), serta alat musik (ilmu pengetahuan yang indah dan berirama).

Ilmu pengetahuan itu diibaratkan air jernih yang terus mengalir tidak terbendung. Ada orang setelah belajar menjadi merasa pintar dan berhenti belajar, padahal masih banyak yang harus dipelajari dan menyerahkan ilmu yang dimiliki kepada Dewi Saraswati agar pemiliknya menjadi penuh wibawa, jauh dari keegoisan dan kesombongan, tutur Ketut Sumadi.

Patung Dewi Saraswati

Masing-masing lembaga pendidikan di Bali umumnya mempunyai Patung Dewi Saraswati, wanita cantik yang dipajangkan di halaman sekolah merupakan lambang dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi buruan dari setiap umat manusia.

Hampir setiap siswa memohon dan berdoa di depan patung Dewi Saraswati yang disucikan itu sambil menghaturkan sesajen serta dupa dengan kepulan asap harum wangi.

Demikian pula, di sekolah maupun rumah masing-masing pusaka suci dan buku-buku juga disucikan dan diupacarai. Persembahyangan dan berbagai prosesi ritual piodalan "Sanghyang Saraswati" dilaksanakan sebelum matahari condong ke barat.

Hari suci untuk memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa, pencipta, serta pemelihara ilmu pengetahuan. Rangkaian janur, bunga kombinasi aneka jenis kue, dan buah-buahan dipersembahkan sebagai simbul rasa terima kasih ke hadapan-Nya atas semua iptek yang diturunkan kepada umat manusia.

"Pelaksanaan pemujaan sebelum matahari condong ke barat. Sesuai dengan kepercayaan, kalau matahari telah condong ke barat, yang dipuja itu hanya aksara atau huruf semata," tutur Jero Mangku Semadi.

Namun, saat mahahari di sebelah timur yang dipuja adalah "aksara yang hidup", orang Bali menyebut dengan nama Ongkara, aksara suci melambangkan Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa.

Pada malam hari hingga subuh diisi dengan pembacaan serta mendiskusikan masalah ilmu pengetahuan dan keesokan harinya, Minggu (26/6), dilanjutkan dengan "Banyupinaruh", yakni menyucikan dan menyempurnakan diri dengan ilmu pengetahuan, anugerah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Banyupinaruh itu dilakukan dengan mandi sekaligus mencuci rambut di laut pada pagi hari sebelum matahari terbit. Umat Hindu di Bali melakukan tradisi itu secara turun-temurun dan penuh keyakinan.

Ilmu pengetahuan mampu mengembangkan akal pikiran manusia sehingga mampu menjadi makluk yang paling utama di antara semua makluk hidup penghuni jagat raya ini.

Ilmu pengetahuan merupakan kekayaan yang kekal abadi meski hidup miskin harta benda, bisa berbesar hati dengan ilmu pengetahuan yang berhasil melahirkan berbagai teknologi canggih.

Sikap dan tingkah laku yang lahir dari penghayatan dan pengamalan ilmu pengetahuan suci membuat seseorang dikenal sebagai orang mulia, termasyhur. Orang yang berilmu, air mukanya selalu cerah, tenang, dan bijaksana sehingga hidupnya tenteram dan damai.

Jero Mangku Sumadi mengatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam dunia ini dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menentukan merah birunya kehidupan. Oleh sebab itu, memang logis leluhur orang Bali mengajarkan tentang Hari Saraswati, hari lahirnya dan memuliakan ilmu pengetahuan.

Pada Hari Saraswati itu sekaligus melakukan introspeksi diri, sejauh mana kemajuan ilmu yang dimiliki telah membuat kehidupan ini lebih baik. Pada Hari Saraswati itu pula mesti ingat kembali pada ajaran "Sapta Timira", tujuh hal yang membuat pikiran manusia menjadi gelap.

Salah satunya adalah "guna" (kepandaian) yang dapat menyebabkan kegelapan dalam hidup jika kepandaian dari belajar ilmu pengetahuan tidak diamalkan berdasarkan Dharma (kebaikan).

Demikian pula, lembaga pendidikan sebagai wahana menimba ilmu pengetahuan pada Hari Saraswati itu perlu melakukan evaluasi, sejauh mana telah berperan sebagai jembatan transformasi ilmu pengetahuan.

Apakah proses belajar mengajar yang dilakukan selama ini mampu menanamkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga orang tua tidak acuh tak acuh terhadap putra-putrinya.

Demikian pula, orang Bali pada Hari Saraswati itu membiasakan diri melakukan "Dana Punia", yakni memberikan bantuan secara ikhlas kepada mereka yang terhempas dalam dunia pendidikan.

Pemberian "Beasiswa Dewi Saraswati" itu sangat penting artinya dalam menyukseskan pendidikan bagi setiap anak didik pada era globalisasi dewasa ini, kata Ketut Sumadi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016