Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,13 persen pada bulan Mei 2016, berbanding terbalik dengan kondisi perdesaan secara nasional pada bulan yang sama terjadi inflasi sebesar 0,13 persen.

"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 25 provinsi di antaranya mengalami inflasi perdesaan dan delapan provinsi lainnya tercatat deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Riau sebesar 0,62 persen, dan terendah di Provinsi Bengkulu 0,01 persen.

Sedangkan deflasi terbesar tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 0,30 persen dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara 0,03 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, deflasi perdesaan yang dialami Bali tersebut sebagai akibat turunnya harga-harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,54 persen serta kelompok transportasi dan komunikasi 0,24 persen.

Sementara itu kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi yang meliputi kelompok makanan jadi naik 0,52 persen, perumahan 0,05 persen, sandang 0,09 persen, kesehatan 0,29 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,09 persen.

Secara umum komoditas penyumbang deflasi pada bulan Mei 2016 antara lain cabai rawit, tomat, sayur, bawang merah, bawang putih, bensin dan beras.

Adi Nugroho menambahkan, hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan di Bali pada bulan Mei 2016 menunjukkan nilai tukar petani (NTP) sebesar 105.94 persen meningkat sebesar 1,08 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 104,81 persen.

Demikian pula dari sisi indeks yang diterima petani (lt) tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,02 persen dari 126,37 persen pada bulan April 2016 menjadi 127,66 persen pada bulan Mei 2016.

Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, seluruhnya mengalami kenaikan yang terdiri atas subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,77 persen, hortikultura 0,30 persen, tanaman perkebunan rakyat 2,66 persen, peternakan 0,80 persen dan subsektor perikanan 1,23 persen.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produk pertanian, ujar Adi Nugroho.  (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016