Negara (Antara Bali) - Pura Puseh Desa Adat Manggis Sari, Kabupaten Jembrana terancam longsor, jika tidak segera dibangun penahan permanen.
"Selain Pura Puseh, balai pertemuan tempek (setingkat RT dalam desa adat -red) dan bekas kantor desa juga terancam longsor," kata Pejabat Kepala Desa atau Perbekel Manggis Sari I Ketut Sukerta Diatmika, Rabu.
Ia mengatakan, setelah bencana tanah longsor terjadi di wilayah tersebut Jumat (27/5) lalu, pihaknya sudah bersurat ke Pemerintah Provinsi Bali untuk membuat penahan permanen.
Menurutnya, tim dari provinsi sudah turun ke lokasi dan mengukur tebing yang perlu dibangun penahan permanen dengan panjang 200 meter.
"Kalau tidak segera dibangun, kami khawatir terjadi longsor susulan yang mengancam tiga aset desa tersebut," ujarnya.
Belajar dari bencana longsor sebelumnya, yang meskipun tidak menelan korban jiwa, tapi sulit untuk diprediksi meskipun saat musim hujan.
Ia mengungkapkan, longsor Jumat lalu terjadi walau baru satu jam hujan turun, sementara sebelumnya sampai satu hari hujan turun tidak sampai membuat tanah longsor.
"Dugaan kami, longsor juga disebabkan saluran air di tebing itu mampet, karena sehari sebelumnya warga bergotong royong membersihkan semak-semak disana. Masalahnya, semak yang ditebas tersebut dibuang ke saluran air, sehingga saat hujan turun membuat saluran pembuangan mampet," katanya.
Camat Pekutatan Ketut Eko Susilo mengatakan, permohonan bantuan tidak hanya diajukan ke pemerintah provinsi yang dilakukan desa adat, tapi juga kepada Pemkab Jembrana.
Menurutnya, selain aset desa, longsoran tanah dari tebing tersebut juga bisa memutus akses jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Jembrana dengan Kabupaten Tabanan lewat desa.
"Juga masih ada tiang listrik di atas tebing yang bisa roboh kalau longsor. Untuk tahap awal, kami berharap pembangunan penahan permanen bisa dilakukan dengan panjang 90 meter di tebing yang paling rawan longsor," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Selain Pura Puseh, balai pertemuan tempek (setingkat RT dalam desa adat -red) dan bekas kantor desa juga terancam longsor," kata Pejabat Kepala Desa atau Perbekel Manggis Sari I Ketut Sukerta Diatmika, Rabu.
Ia mengatakan, setelah bencana tanah longsor terjadi di wilayah tersebut Jumat (27/5) lalu, pihaknya sudah bersurat ke Pemerintah Provinsi Bali untuk membuat penahan permanen.
Menurutnya, tim dari provinsi sudah turun ke lokasi dan mengukur tebing yang perlu dibangun penahan permanen dengan panjang 200 meter.
"Kalau tidak segera dibangun, kami khawatir terjadi longsor susulan yang mengancam tiga aset desa tersebut," ujarnya.
Belajar dari bencana longsor sebelumnya, yang meskipun tidak menelan korban jiwa, tapi sulit untuk diprediksi meskipun saat musim hujan.
Ia mengungkapkan, longsor Jumat lalu terjadi walau baru satu jam hujan turun, sementara sebelumnya sampai satu hari hujan turun tidak sampai membuat tanah longsor.
"Dugaan kami, longsor juga disebabkan saluran air di tebing itu mampet, karena sehari sebelumnya warga bergotong royong membersihkan semak-semak disana. Masalahnya, semak yang ditebas tersebut dibuang ke saluran air, sehingga saat hujan turun membuat saluran pembuangan mampet," katanya.
Camat Pekutatan Ketut Eko Susilo mengatakan, permohonan bantuan tidak hanya diajukan ke pemerintah provinsi yang dilakukan desa adat, tapi juga kepada Pemkab Jembrana.
Menurutnya, selain aset desa, longsoran tanah dari tebing tersebut juga bisa memutus akses jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Jembrana dengan Kabupaten Tabanan lewat desa.
"Juga masih ada tiang listrik di atas tebing yang bisa roboh kalau longsor. Untuk tahap awal, kami berharap pembangunan penahan permanen bisa dilakukan dengan panjang 90 meter di tebing yang paling rawan longsor," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016