Singaraja (Antara Bali) - Praktisi Pariwisata Lovina, Kabupaten Buleleng, Bali, Ketut Suka berharap kalangan nelayan di wilayah itu ikut menjaga dan memperhatikan kondisi terumbu karang yang saat ini mulai mengalami kerusakan.
"Kami sudah imbau tidak boleh melakukan aktivitas memancing dan merusak terumbu karang agar tetap terjaga alami," ujar Suka di Kabupaten Buleleng, Bali, Senin.
Ia menjelaskan, kondisi terumbu karang di objek wisata unggulan Bali Utara itu tengah mengalami kemunduran karena tidak dapat tumbuh secara baik dan optimal.
Suka menambahkan, terumbu karang di daerah itu banyak patah seperti terkena injakan kaki dan untuk menumbuhkan satu centimeter terumbu karang membutuhkan waktu kurun waktu lama.
Untuk itu, kata dia, pihaknya telag berupaya menyadarkan masyarakat pelaku nelayan wisata melalui paruman resmi di Desa Kalibukbuk. Hematnya apabila terumbu karang dirusak maka akan mematikan perekonomian nelayan wisata.
"Dalam rapat desa adat ditegaskan kalau ada warga melanggar aturan atau ketahuan merusak terumbu karang itu sama dengan mereka bunuh diri karena penghasilan nelayan dan penduduk dari sana," katanya.
Bukan hanya itu saja, pihaknya sudah menekankan sanksi adat (pararem) dalam awig-awig Desa Kalibukbuk, satu bulan tidak boleh melaut berdasarkan hasil pertemuan bersama kelompok nelayan, papar Suka.
Suka lebih lanjut mengungkapkan, ekonomi Desa Kalibukbuk dibantu melalui keberadaan pariwisata di Pantai Lovina, wisata dolfin dan snorkeling. Bahkan anak-anak dari dulunya kebanyakan berhenti bersekolah melalui perkembangan pariwisata mulai memperoleh pendidikan layak.
"Sekarang berkat adanya wisata snorkeling terumbu karang dan dolfin anak-anak nelayan wisata bisa bersekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ini harus dirawat bersama-sama tidak untuk dirusak," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami sudah imbau tidak boleh melakukan aktivitas memancing dan merusak terumbu karang agar tetap terjaga alami," ujar Suka di Kabupaten Buleleng, Bali, Senin.
Ia menjelaskan, kondisi terumbu karang di objek wisata unggulan Bali Utara itu tengah mengalami kemunduran karena tidak dapat tumbuh secara baik dan optimal.
Suka menambahkan, terumbu karang di daerah itu banyak patah seperti terkena injakan kaki dan untuk menumbuhkan satu centimeter terumbu karang membutuhkan waktu kurun waktu lama.
Untuk itu, kata dia, pihaknya telag berupaya menyadarkan masyarakat pelaku nelayan wisata melalui paruman resmi di Desa Kalibukbuk. Hematnya apabila terumbu karang dirusak maka akan mematikan perekonomian nelayan wisata.
"Dalam rapat desa adat ditegaskan kalau ada warga melanggar aturan atau ketahuan merusak terumbu karang itu sama dengan mereka bunuh diri karena penghasilan nelayan dan penduduk dari sana," katanya.
Bukan hanya itu saja, pihaknya sudah menekankan sanksi adat (pararem) dalam awig-awig Desa Kalibukbuk, satu bulan tidak boleh melaut berdasarkan hasil pertemuan bersama kelompok nelayan, papar Suka.
Suka lebih lanjut mengungkapkan, ekonomi Desa Kalibukbuk dibantu melalui keberadaan pariwisata di Pantai Lovina, wisata dolfin dan snorkeling. Bahkan anak-anak dari dulunya kebanyakan berhenti bersekolah melalui perkembangan pariwisata mulai memperoleh pendidikan layak.
"Sekarang berkat adanya wisata snorkeling terumbu karang dan dolfin anak-anak nelayan wisata bisa bersekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ini harus dirawat bersama-sama tidak untuk dirusak," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016