Denpasar (Antara Bali) - Survei yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menunjukkan bahwa pertumbuhan harga properti residensial meningkat di pasar primer pada triwulan I 2016 sebesar 186,57 persen atau melonjak 0,36 persen jika dibandingkan periode sebelumnya.
"Berdasarkan tipe rumah, peningkatan harga secara triwulanan terjadi pada semua tipe rumah baik kecil, menengah dan besar," kata Kepala Perwakilan BI Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, peningkatan itu lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2015 yang mencapai 0,34 persen.
Peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil dengan kenaikan sebesar 0,57 persen diikuti rumah tipe menengah sebesar 0,36 persen dan besar 0,16 persen.
Secara tahunan, pertumbuhan harga properti residensial primer di triwulan berjalan, juga menunjukkan peningkatan dari 1,77 persen pada triwulan IV tahun 2015 menjadi 1,87 persen pada triwulan I tahun 2016.
Berdasarkan tipe rumah, peningkatan kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah dengan kenaikan harga terbesar terjadi pada rumah tipe menengah yaitu sebesar 2,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil survei, beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan pertama tahun ini adalah kenaikan harga bahan bangunan sebesar 30 persen, kenaikan upah pekerja (27 persen), biaya perizinan (25 persen), adanya penambahan fasilitas umum di perumahan (9 persen) dan faktor lainnya (9 persen).
Hasil survei mengkonfirmasi bahwa pembiayaan bank dan dana internal perusahaan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial, dengan pembagian masing-masing sebesar 59 persen dan 35 persen.
Fasiltas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama pembiayaan konsumen untuk semua tipe rumah.
Untuk tipe rumah kecil sampai dengan tipe 36, persentase konsumen yang menggunakan fasilitas KPR mencapai 80,53 persen, tipe rumah menengah tipe (36-70) 82,8 persen dan tipe rumah besar (di atas 70) 73,33 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa responden optimis perkembangan properti akan semakin membaik pada triwulan II 2016.
Peningkatan harga properti residensial di pasar primer tertinggi diperkirakan terjadi pada jenis rumah tipe menengah yang mencapai 1,95 persen, sementara untuk tipe rumah besar dan kecil masing-masing diperkirakan meningkat sebesar 0,83 persen dan 0,65 persen.
Survei harga properti residensial di pasar primer dilakukan terhadap perusahaan pengembang perumahan yang melakukan transaksi penjualan di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi, yang dilakukan secara triwulanan.
Data yang dikumpulkan meliputi harga jual rumah, harga jual tanah, jumlah rumah yang dibangun dan jumlah rumah yang dijual. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Berdasarkan tipe rumah, peningkatan harga secara triwulanan terjadi pada semua tipe rumah baik kecil, menengah dan besar," kata Kepala Perwakilan BI Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, peningkatan itu lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2015 yang mencapai 0,34 persen.
Peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil dengan kenaikan sebesar 0,57 persen diikuti rumah tipe menengah sebesar 0,36 persen dan besar 0,16 persen.
Secara tahunan, pertumbuhan harga properti residensial primer di triwulan berjalan, juga menunjukkan peningkatan dari 1,77 persen pada triwulan IV tahun 2015 menjadi 1,87 persen pada triwulan I tahun 2016.
Berdasarkan tipe rumah, peningkatan kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah dengan kenaikan harga terbesar terjadi pada rumah tipe menengah yaitu sebesar 2,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil survei, beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan pertama tahun ini adalah kenaikan harga bahan bangunan sebesar 30 persen, kenaikan upah pekerja (27 persen), biaya perizinan (25 persen), adanya penambahan fasilitas umum di perumahan (9 persen) dan faktor lainnya (9 persen).
Hasil survei mengkonfirmasi bahwa pembiayaan bank dan dana internal perusahaan tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial, dengan pembagian masing-masing sebesar 59 persen dan 35 persen.
Fasiltas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama pembiayaan konsumen untuk semua tipe rumah.
Untuk tipe rumah kecil sampai dengan tipe 36, persentase konsumen yang menggunakan fasilitas KPR mencapai 80,53 persen, tipe rumah menengah tipe (36-70) 82,8 persen dan tipe rumah besar (di atas 70) 73,33 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa responden optimis perkembangan properti akan semakin membaik pada triwulan II 2016.
Peningkatan harga properti residensial di pasar primer tertinggi diperkirakan terjadi pada jenis rumah tipe menengah yang mencapai 1,95 persen, sementara untuk tipe rumah besar dan kecil masing-masing diperkirakan meningkat sebesar 0,83 persen dan 0,65 persen.
Survei harga properti residensial di pasar primer dilakukan terhadap perusahaan pengembang perumahan yang melakukan transaksi penjualan di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi, yang dilakukan secara triwulanan.
Data yang dikumpulkan meliputi harga jual rumah, harga jual tanah, jumlah rumah yang dibangun dan jumlah rumah yang dijual. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016