Denpasar, (Antara Bali) - Nilai Tukar Petani Subsektor hortikultura (NTP-H) di Bali meningkat sebesar 0,80 persen dari 104,20 persen pada bulan Maret 2016 menjadi 105,03 persen pada April 2016.

"Kenaikan tersebut berkat indeks yang diterima petani (lt) bertambah 0,42 persen," kata Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Nyoman Subadri di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, indeks harga yang harus dibayar petani (lb) mengalami penurunan sebesar 0,37 persen.

Kenaikan yang terjadi pada indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh meningkatnya harga di semua kelompok yang meliputi sayur mayur 0,41 persen, buah-buahan 0,43 persen dan tanaman obat 0,20 persen.

Nyoman Subadri menjelaskan, beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap kenaikan indeks yang diterima petani antara lain tomat, salak, bawang merah, nangka dan buncis.

Sementara itu menurunnya indeks harga yang harus dibayar petani disebabkan oleh berkurangnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,39 pesen serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,33 prsen.

Nyoman Subadri menambahkan, subsektor hortikultura merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor tersebut tiga di antaranya mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.

Ketiga subsektor yang mengalami penurunan terdiri atas tanaman pangan sebesar 1,73 persen, subsektor peternakan 0,38 persen dan subsektor perikanan 0,16 persen.

Sementara dua subsektor yang mengalami kenaikan selain hortikultura juga subsektor tanaman perkebunan sebesar 1,23 persen, ujar Nyoman Subadri. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016