Jakarta (Antara Bali) - Badan Perfilman Indonesia memberikan apresiasi
terhadap kesuksesan film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2 yang hingga hari
ke-empat pemutaran di bioskup di tanah air, sejak 28 April 2016, mampu
menembus jumlah penonton 1 juta orang.
"Kita semua bergembira, kita semua bangga dengan hasil AADC. Hal itu harusnya tidak hanya bisa didapat AADC-2. Mestinya film-film yang digarap dengan proper dan dipromosikan dengan baik, juga bisa diminati penonton," kata Badan Perfilman Indonesia (BPI) Kemala Atmojo di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, kesuksesan AADC-2 menembus rekor penonton film nasional membuktikan bahwa film berkualitas akan diminati penonton.
Film garapan sutradara Riri Riza yang diproduksi Miles Films tersebut mampu bersanding film Hollywood yang juga sedang diputar yakni Captain America: The Civil Wars dalam menggaet penonton.
Di banyak bioskop, AADC bahkan mengungguli jumlah penonton Captain America, bahkan film yang dibintangi aktor Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo tersebut mendapat lebih dari 500 layar di bioskop-bioskup tanah air.
Keberhasilan AADC-2 dinilai sejumlah kalangan perfilman tanah air bisa menjadi momentum untuk memikirkan kembali soal screen quota atau penjatahan waktu tayang di bioskup 60:40 untuk film nasional dan film impor.
Mengenai besaran kuota tersebut, menurut Kemala Atmojo, bisa saja dibicarakan kembali bersama-sama, agar masalah ini tidak malah merugikan ekosistem perfilman Indonesia.
"Ekosistem harus dijaga agar semua pihak mendapatkan porsi dan keadilannya. Barangkali harus dicarikan cara lain agar masalah ini bisa diterima semua pihak," ujarnya.
Senada dengan itu sutradara Garin Nugroho juga memberi apresiasi kepada AADC-2.
Menurutnya, perfilman nasional memang membutuhkan film-film box office yang mampu menembus lebih dari satu juta penonton.
Film box office semacam itu, lanjutnya, diperlukan untuk menembus krisis penonton yang saat ini melanda perfilman nasional.
"Bagus sekali dan semoga hal itu menjadi konsistensi. Karena dalam satu periode, Indonesia membutuhkan sekitar 5-10 film box office," kata sutradara yang sering meraih penghargaan internasional itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kita semua bergembira, kita semua bangga dengan hasil AADC. Hal itu harusnya tidak hanya bisa didapat AADC-2. Mestinya film-film yang digarap dengan proper dan dipromosikan dengan baik, juga bisa diminati penonton," kata Badan Perfilman Indonesia (BPI) Kemala Atmojo di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, kesuksesan AADC-2 menembus rekor penonton film nasional membuktikan bahwa film berkualitas akan diminati penonton.
Film garapan sutradara Riri Riza yang diproduksi Miles Films tersebut mampu bersanding film Hollywood yang juga sedang diputar yakni Captain America: The Civil Wars dalam menggaet penonton.
Di banyak bioskop, AADC bahkan mengungguli jumlah penonton Captain America, bahkan film yang dibintangi aktor Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo tersebut mendapat lebih dari 500 layar di bioskop-bioskup tanah air.
Keberhasilan AADC-2 dinilai sejumlah kalangan perfilman tanah air bisa menjadi momentum untuk memikirkan kembali soal screen quota atau penjatahan waktu tayang di bioskup 60:40 untuk film nasional dan film impor.
Mengenai besaran kuota tersebut, menurut Kemala Atmojo, bisa saja dibicarakan kembali bersama-sama, agar masalah ini tidak malah merugikan ekosistem perfilman Indonesia.
"Ekosistem harus dijaga agar semua pihak mendapatkan porsi dan keadilannya. Barangkali harus dicarikan cara lain agar masalah ini bisa diterima semua pihak," ujarnya.
Senada dengan itu sutradara Garin Nugroho juga memberi apresiasi kepada AADC-2.
Menurutnya, perfilman nasional memang membutuhkan film-film box office yang mampu menembus lebih dari satu juta penonton.
Film box office semacam itu, lanjutnya, diperlukan untuk menembus krisis penonton yang saat ini melanda perfilman nasional.
"Bagus sekali dan semoga hal itu menjadi konsistensi. Karena dalam satu periode, Indonesia membutuhkan sekitar 5-10 film box office," kata sutradara yang sering meraih penghargaan internasional itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016