Cirebon (Antara Bali) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) menyebutkan ada 500 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di
Suriah saat ini bergabung dengan ISIS.
Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Selasa, saat menghadiri dialog pencegahan paham radikalisme dan ISIS di kalangan pimpinan pondok pesantren dan santri se-Wilayah III Cirebon, menyebutkan ada 500 WNI di Suriah yang sekarang ini bergabung dengan kelompok ISIS dan mereka menuju ke Suriah dengan berbagai alasan diantaranya pendidikan dan ibadah.
"Kebanyakan mereka ke Suriah melalui negara lain dan alasannya itu mau belajar dan ibadah," katanya.
Ia menuturkan kebanyakan para WNI melakukan perjalanan melalui negara lain, tidak langsung menuju Suriah, karena pasti akan dicekal terlebih dahulu setiap orang yang akan pergi ke sana.
Sementara itu, Ketua Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Abdul Ghaffar Rozin mengakui tidak sedikit WNI yang membelot untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, pasca mengikuti pendidikan di luar negeri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk memverifikasi kampus-kampus di luar negeri mana saja yang mengajarkan faham-faham radikal.
Pemerintah juga harus bisa mengidentifikasi perguruan mana yang mengajarkan faham radikal dan juga pemerintah harus mengeluarkan larangan untuk belajar ke kampus tersebut.
"Tidak hanya timur tengah, namun Eropa juga banyak WNI yang akhirnya bergabung dengan kelompok radikal," tuturnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Deputi I BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Selasa, saat menghadiri dialog pencegahan paham radikalisme dan ISIS di kalangan pimpinan pondok pesantren dan santri se-Wilayah III Cirebon, menyebutkan ada 500 WNI di Suriah yang sekarang ini bergabung dengan kelompok ISIS dan mereka menuju ke Suriah dengan berbagai alasan diantaranya pendidikan dan ibadah.
"Kebanyakan mereka ke Suriah melalui negara lain dan alasannya itu mau belajar dan ibadah," katanya.
Ia menuturkan kebanyakan para WNI melakukan perjalanan melalui negara lain, tidak langsung menuju Suriah, karena pasti akan dicekal terlebih dahulu setiap orang yang akan pergi ke sana.
Sementara itu, Ketua Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Abdul Ghaffar Rozin mengakui tidak sedikit WNI yang membelot untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal, pasca mengikuti pendidikan di luar negeri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia meminta kepada pemerintah untuk memverifikasi kampus-kampus di luar negeri mana saja yang mengajarkan faham-faham radikal.
Pemerintah juga harus bisa mengidentifikasi perguruan mana yang mengajarkan faham radikal dan juga pemerintah harus mengeluarkan larangan untuk belajar ke kampus tersebut.
"Tidak hanya timur tengah, namun Eropa juga banyak WNI yang akhirnya bergabung dengan kelompok radikal," tuturnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016