Malang (Antara Bali) - Guru Besar Fisiologi Tumbuhan Universitas Brawijaya Malang Prof Dr Titiek Islami mengemukakan singkong atau ubi kayu merupakan tanaman masa depan bagi umat manusia sebagai bahan baku pangan pokok.

"Ubi kayu ini merupakan jenis tanaman multiguna dan peningkatan produksinya juga masih terbuka lebar. Jika tidak ingin membiarkan anak cucu dan cicit kita menghadapi problem kurang pangan, mulai sekarang kita harus membiasakan menggunakan ubi kayu sebagai bahan baku pangan," kata Titiek di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Namun demikian, lanjutnya, agar peningkatan hasil tanaman dapat berlanjut, petani juga harus bisa memahami kondisi ekologi dan proses fisiologi tanaman ubi kayu. Penggunaan biochar menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan teknologi produksi berkelanjut pada budi daya ubi kayu.

Biochar, terangnya, merupakan hasil pembakaran dari biomassa tanaman tanpa atau dengan oksigen terbatas. Bahan ini berwarna hitam, kaya akan senyawa karbon dan tahan lapuk dengan pemadatan sekitar 647 kilogram per meter kubik, rasio H/C 0,47 dan rasio O/C kurang dari 0,30.

Senyawa karbon di dalam biochar dalam bentuk senyawa aromatik, dimana enam atom oksigen terikat dalam bentuk cincin tanpa oksigen atau hidrogen, sehingga resisten terhadap dekomposisi dan demineralisasi. Biochar juga merupakan senyawa karbon yang stabil, jauh lebih stabil dari senyawa organik yang tidak diarangkan.

Oleh karenanya, biochar sangat bermafaat untuk mengurangi laju degradasi tanah, sehingga kesinambungan produksi pangan dapat dijamin. Selain itu, biochar juga mampu membantu menyelesaikan masalah pencemaran tanah dan air karena penggunaan berbagai bahan kimia pertanian yang berlebihan.

Menurut Titiek, salah satu keuntungan biochar adalah adanya kenaikan pH tanah. Biochar dari pupuk kandang juga cukup bagus. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya disebutkan bahwa biochar dari pupuk kandang memiliki sifat pH 7,5,  persen, kandungan C organik  25,55 persen, N 0,78 persen, P 0,82 persen, K 0,79 persen, dan KTK 17,7 persen.

Pada tanaman ubi kayu, katanya, penggunaan biochar mampu meningkatkan hasil tanaman dengan pola tumpang sari, khususnya pada diameter dan panjang ubi, sehingga berat ubi lebih tinggi. Sedangkan jumlah ubi per tanaman tidak berbeda karena ubi bersifat genetik.

Pemberian biochar pada ubi kayu, peningkatan hasilnya masih bisa dinikmati hingga tahun kedua atau ketiga, sedangkan pupuk kandang hanya berpengaruh pada tahun pertama atau pada saat pupuk kandang diberikan.

"Penggunaan biochar ini mampu meningkatkan hasil tanaman, sekalipun ditanam pada tanah terdegradasi. Oleh karenanya, tanaman ubi kayu atau jenis lainnya akan mampu menghasilkan lebih optimal hingga tahun berikutnya jika menggunakan biochar," ujar Titiek. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016