Denpasar (Antara Bali) - Nyoman Sardja Udaya seorang anggota veteran pejuang yang pernah menjabat Wakil Ketua DPD Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Provinsi Bali dan Ketua DPC LVRI Denpasar meninggal dunia dalam usia 91 tahun.

"Ayah dari tujuh putra-putri serta 13 cucu dan cicit itu menghembuskan nafas terakhir hari Sabtu (16/4) dan jenazahnya akan diaben (kremasi) pada Jumat (22/4)," kata putra sulung almarhum Gede Jaya Natha di rumah duka Banjar Gerenceng, Denpasar, Senin.

Almarhum menikmati hidup pada zaman merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Dalam sisa hidupnya, sempat menjadi anggota BPH (semacam wakil bupati di Badung) dan anggota DPRD Bali.

Ketua Umum DHD Angkatan 45 Bali Prof Dr Wayan Windia bersama mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali Djesna Winada, Komandan Korps Resimen Mahasiswa (Menwa) Ugracena Provinsi Bali Bagus Ngurah Rai, SH, MM didampingi tokoh adat setempat Made Windia melayat ke rumah duka.

Menurut Prof Windia yang juga putra salah seorang pejuang veteran kemerdekaan RI asal Sukawati, Kabupaten Gianyar Made Sanggra (alm) secara pribadi mengenal sosok almarhum Nyoman Sardja Udaya yang rendah hati dan pendiam.

"Namun dari referensi perjuangan yang saya baca, Pak Sardja adalah seorang yang sangat pemberani. Karier militernya dimulai pada saat dipanggil menjadi pasukan pembela tanah air (PETA)," kata Prof Windia yang juga guru besar Universitas Udayana.

Sarja Udaya berkat keberaniannya itu kemudian dikirim ke Buleleng oleh induk pasukannya, untuk membantu perjuangan rakyat Buleleng. Tatkala terjadi peristiwa di Pelabuhan Buleleng bulan Oktober 1945 pernah terlibat dalam pasukan bawah tanah, dan melakukan pertemuan-pertemuan di Bangsal, Gaji, Desa Dalung yang kini dikenal sebagai Monumen Perjuangan Bangsal (MPB).

Selanjutnya sempat pula membentuk pasukan SR di Gaji, Desa Dalung, Kabupaten Badung. Pertempuran demi pertempuran telah dilalui oleh Pejuang Nyoman Sardja Udaya. Antara lain pernah memimpin penyerbuan di Kantor Kompetai, pada tgl. 13 Desember 1945.

Karena rencana penyerangan bocor, maka pasukan yang dipimpin Sardja terus mendapatkan serangan gencar dari tentara Jepang. Sardja tidak mau mundur sama sekali. Pasukannya terus betahan dan melakukan perlawanan. Hingga akhirnya Letkol I Gusti Ngurah Rai memerintahkannya untuk mundur.

Nyoman Sardja bersama Letkol I Gusti Ngurah Rai akhirnya mundur ke Puri Kesiman, untuk melakukan rapat membuat siasat perjungan selanjutnya. Itu menandakan bahwa Sardja Udaya adalah seorang yang sangat disiplin.

Selanjutnya Nyoman Sardja mendapat tugas ke Banyuwangi, Jawa Timur pada Februari 1946 untuk minta bantuan senjata. Tugasnya berjalan dengan sukses, meskipun ketika pulang, beberapa senjatanya tumpah di laut, karena perahu yang membawa rombongannya terbalik di Pantai Jembrana.

Pertempurannya yang paling heroik tatkala Nyoman Sardja ikut terlibat dalam Long March Gunung Agung. Kemudian terlibat dalam Perang Tanah Aron yang dimenangkan oleh pasukan pejuang. Bagi para pejuang kemerdekaan di Bali, peristiwa Long March adalah yang paling berkesan. Karena paling heroik dan paling sentimental.

Banyak anggota pasukan itu merasa lebih bersaudara dari saudaranya sendiri. Karena betapa pahitnya perjuangan long march itu. Para pejuang sering menangis tersedu tatkala bertemu teman-teman seperjuangan, dan bercerita tentang Long March Gunung Agung.

Demikianlah, setiap pejuang membawa kenangannya. Kini Pak Sardja telah tiada, dan membawa kenangan perjuangan kemerdekaannya hingga ke alam baka. Bertemu kembali dengan teman-temannya. Alangkah indahnya di alam sorga yang kini ditempati Pak Sardja dan kawan-kawannya.

Terakhir Pak Sardja menyandang pangkat mayor TNI, dan bertugas ke mana-mana di Nusa Tenggara. Putra-putrinya juga mengenang almarhum sebagai seorang yang sangat disiplin dan keras kepada anak-anaknya yang tidak disiplin.

"Almarhum juga sangat demokratis, meski memiliki latar belakang militer. Itulah kenangan yang paling terkesan dari bapak kepada kami," ungkap putra sulungnya Gde Jaya Natha. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016