Singaraja (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat segera mendata peninggalan bangunan kolonial Belanda di daerah itu sebagai upaya penyelamatkan warisan budaya masa lampau Bali Utara.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng, I Nyoman Sutrisna di Singaraja, Minggu, menjelaskan, Buleleng memiliki begitu banyak peninggalan kolonial Belanda. Kabupaten Buleleng merupakan Ibu Kota Sunda Kecil dan Nusa Tenggara ketika awal kemerdekaan Indonesia.

Dia mengemukakan, bangunan dan benda-benda unik peninggalan kolonial memiliki nilai sejarah diharapkan kedapannya mampu memberikan edukasi generasi muda di daerah itu.

Dia mencontohkan keberadaan Eks Pelabuhan Buleleng di pusat Kota Singaraja dimana dulunya salah satu pelabuhan besar di Bali. "Peninggalan pelabuhan Buleleng pada di zaman Belanda dahulu menjadi lokasi bersejarah bersandarnya kapal-kapal membawa berbagai macam kebutuhan pokok. Histori itu jangan sampai dilupakan. Bangunan peninggalan Belanda, harus dilestarikan. Bahkan kalau bisa dijadikan museum," ujar Sutrisna.

Selain itu, ia menambahkan, di sekitar Eks Pelabuhan Buleleng juga terdapat peninggalan jembatan Belanda. "Saat ini masih kokoh berdiri, hanya minim penataan dan pengecatan jembatan," imbuhnya.

Sutrisna yang juga mantan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan itu optimis melalui proposal dirancang dan diajukan ke pemerintah pusat, bangunan peninggalan Belanda bisa lebih terawat optimal.

"Ada juga jembatan kolonial peninggalan Belanda. Kami coba lestarikan lewat proposal diajukan Disbudpar Buleleng ke pusat," ucapnya.

Lebih lanjut, pembahasan kelestarian peninggalan budaya di Buleleng, turut digagas melibatkan Puri (Keraton) di Kota Singaraja seperti Puri Agung Singaraja, Puri Kanginan, dan Puri Sukasada. "Keberadaan puri-puri di perkotaan Singaraja, tidak luput menjadi perhatian pemerintah. Semua aset itu harus dilestarikan," katanya.

Selain itu, terkait warisan sastra yang mendukung keberadaan sejarah masa lalu, dinilai perlu intensifikasi pelestarian isi lontar di Buleleng sehingga tidak hilang.

Salah satunya adalah dengan menggunakan metode digitalisasi. Selama ini penyimpanan lontar masih manual dan tersimpan rapi di Gedong Kirtya. Ada juga peninggalan lontar di Buleleng," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016