Denpasar (Antara Bali) - Penyair D. Zawawi Imron akan membacakan sejumlah karya pilihannya dalam ajang dialog sastra di Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar.

"Dialog mengusung tema Sosok Perempuan dalam Sajak Zawawi Imron, berlangsung Sabtu (9/4) malam," kata penata acara tersebut Putu Aryastawa di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, D. Zawawi Imron, asal Madura yang juga dikenal sebagai penyair Si Celurit Emas itu sebelumnya tampil dalam memaknai peluncuran buku "Badriyah" karya Ayu Weda, Jumat (8/4).

Menurut dia, Zawawi Imron dikenal sebagai penyair yang kreatif dan produktif, serta teruji melahirkan sajak-sajak cemerlang. Kali ini, ia akan membacakan beberapa syairnya, terutama yang menggambarkan sosok perempuan, termasuk perannya sebagai Ibu, baik simbolis maupun harfiah, yang menyentuh dan mencerahkan.

Selain pembacaan puisi, akan dibincangkan pula seputar proses ciptanya. Puisi-puisinya menghadirkan metafor-metafor segar yang terilhami dari desa kelahirannya serta kehidupan nelayan Madura yang berlayar lintas samudera.

Menurut Aryastawa, bahasa puisinya jernih dan mengandung kedalaman renungan, serta mengejutkan para pembaca dengan kesanggupannya untuk mengekalkan momen puitik keseharian secara akrab dan guyub.

Putu Aryastawa yang juga staf BBB menjelaskan Celurit Emas merupakan salah satu judul buku antologi puisi Zawawi yang terbit tahun 1980 dan terpilih menjadi Buku Puisi Terbaik di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kumpulan sajaknya "Bulan Tertusuk Ilalang" mengilhami sutradara Garin Nugroho membuat film dengan judul serupa (1994), dibintangi oleh Ki Soetarman, Norman Wibowo, Ratna Paquita.

Film tersebut juga meraih beberapa penghargaan, di antaranya Best Director Festival des 3 Continents, Nantes, France (1997), International Film Critics Award (1996).

Sementara itu, "Nenek Moyangku Airmata" merupakan kumpulan sajak Zawawi Imron yang terpilih sebagai Buku Puisi Terbaik dan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1985.

Ia memperoleh berbagai penghargaan antara lain SEA Write Award (2011) dan hadiah dari Majelis Sastra Asia Tenggara (2011).

Penyair yang menyelesaikan pendidikannya hanya setingkat sekolah dasar dan di Pesantren Lambicabbi, Gapura, Semenep, itu kerap diundang membacakan karya-karyanya dalam berbagai peristiwa sastra nasional maupun internasional, ujar Putu Aryastawa. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016