Mangupura (Antara Bali) - Balai Besar (Balar) Arkeologi Denpasar, Bali, kembali menemukan peninggalan situs bersejarah candi abad ke-14 yang berupa tumpukan batu padas di Pura Gelang Agung, Banjar Buangga, Kecamatan Petang, Badung.
"Penelitian sudah kami lakukan sejak 18-31 Maret 2016 dan penelitian ini berupa lanjutan dari penemuan sebelumnya ditempat yang berbeda berupa arca, uang kepeng, sarkopagus dan tumpukan batu padas," kata Kepala Balar Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbhawa, di Mangupura, Senin.
Ia menerangkan, penelitian lanjutan ini tim peneliti membuat tiga titik galian, dimana dua galian berbentuk persegi panjang dengan panjang dua meter kali satu meter dan satu galian berbentuk persegi dengan ukuran dua meter.
Tumpukan batu batas ini muncul dikedalaman satu hingga 1,5 meter dari permukaan tanah. "Dari tiga titik galian ditemukan jumlah batu yang berbeda," ujarnya.
Ia mengatakan, penemuan pertama digali tepat di depan gedong arca dan di lokasi tersebut ditemukan susunan batu padas yang menjulur dari bawah bangunan pura.
Penemuan kedua tepat disisi timur "gedong arca" atau sebelah tembok pembatas (penyengker). "Nah, di kotak persegi panjang ini juga ditemukan ratusan susunan batu bata yang tertumpuk rapi," ujarnya.
Sementara pada galian terakhir di sisi timur pura, tepatnya disamping tembok panyengker ditemukan sejumlah gundukan batu padas. "Di galian ketiga ini banyak batu padas dalam kondisi tidak utuh," ujarnya
Suarbhawa memperkirakan, rusaknya tumpukan batu padas ini karena pernah dirusak oleh masyarakat sekitar. "Tim juga menemukan banyak batu padas rusak karena diambil oleh masyarakat sekitar untuk pembangunan tembok panyengker," ujarnya.
Untuk itu, pihaknya belum mengambil kesimpulan apakah candi ini bentuknya kotak atau bagaimana dan para peneliti sudah mulai menghentikan penggalian.
"Saat ini kami fokus mendata, mengukur dan mendokumentasikan setiap temuan dan penelitian tutup galian kembali ada 31 Maret 2016. Rencananya penelitian akan kita lanjutkan tahun depan," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Penelitian sudah kami lakukan sejak 18-31 Maret 2016 dan penelitian ini berupa lanjutan dari penemuan sebelumnya ditempat yang berbeda berupa arca, uang kepeng, sarkopagus dan tumpukan batu padas," kata Kepala Balar Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbhawa, di Mangupura, Senin.
Ia menerangkan, penelitian lanjutan ini tim peneliti membuat tiga titik galian, dimana dua galian berbentuk persegi panjang dengan panjang dua meter kali satu meter dan satu galian berbentuk persegi dengan ukuran dua meter.
Tumpukan batu batas ini muncul dikedalaman satu hingga 1,5 meter dari permukaan tanah. "Dari tiga titik galian ditemukan jumlah batu yang berbeda," ujarnya.
Ia mengatakan, penemuan pertama digali tepat di depan gedong arca dan di lokasi tersebut ditemukan susunan batu padas yang menjulur dari bawah bangunan pura.
Penemuan kedua tepat disisi timur "gedong arca" atau sebelah tembok pembatas (penyengker). "Nah, di kotak persegi panjang ini juga ditemukan ratusan susunan batu bata yang tertumpuk rapi," ujarnya.
Sementara pada galian terakhir di sisi timur pura, tepatnya disamping tembok panyengker ditemukan sejumlah gundukan batu padas. "Di galian ketiga ini banyak batu padas dalam kondisi tidak utuh," ujarnya
Suarbhawa memperkirakan, rusaknya tumpukan batu padas ini karena pernah dirusak oleh masyarakat sekitar. "Tim juga menemukan banyak batu padas rusak karena diambil oleh masyarakat sekitar untuk pembangunan tembok panyengker," ujarnya.
Untuk itu, pihaknya belum mengambil kesimpulan apakah candi ini bentuknya kotak atau bagaimana dan para peneliti sudah mulai menghentikan penggalian.
"Saat ini kami fokus mendata, mengukur dan mendokumentasikan setiap temuan dan penelitian tutup galian kembali ada 31 Maret 2016. Rencananya penelitian akan kita lanjutkan tahun depan," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016