Kuta (Antara Bali) - Pengelola Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, menggelar Dharma Shanti serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1938 yang diisi dengan ceramah keagamaan oleh Sulinggih atau pendeta Hindu, Ida Pedanda Made Gunung.
"Kegiatan bersifat keagamaan sangat dibutuhkan untuk memotivasi diri dan mengembalikan semangat terlebih di tengah-tengah padatnya pekerjaan," kata General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Trikora Harjo di Kuta, Kabupaten Badung, Senin.
Dharma Santhi Nyepi itu dihadiri para pegawai di lingkungan perusahaan setempat untuk mendapatkan siraman rohani dari pendeta Hindu yang dilaksanakan di Pura Jagat Tirta, Komplek Peribadatan Angkasa Pura I.
Sulinggih Ida Pedanda Made Agung dalam ceramahnya menekankan esensi Nyepi yang harus diamalkan umat Hindu di antaranya untuk memberikan kesadaran, kesucian dan mengendalikan hawa nafsu manusia.
"Mengendalikan hawa nafsu dari dalam diri sendiri, itu sangat penting," ucap pendeta suci Hindu itu.
Selain ceramah keagamaan, Dharma Shanti juga diisi dengan tanya jawab dengan para peserta.
Umat Hindu melakanakan Catur Brata Penyepian dalam Hari Raya Nyepi, yakni empat pantangan (larangan) yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi.
Pantangan itu yakni tidak melakukan kegiatan/bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).
Dharma Shanti dilaksanakan setelah semua rangkaian upacara Nyepi.
Umat Hindu berkumpul dan saling mengucapkan maaf, membangun hubungan silaturahmi sesama umat manusia sebagai pelaksanaan konsep Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana merupakan tiga hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan manusia dengan lingkungan atau alam. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kegiatan bersifat keagamaan sangat dibutuhkan untuk memotivasi diri dan mengembalikan semangat terlebih di tengah-tengah padatnya pekerjaan," kata General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Trikora Harjo di Kuta, Kabupaten Badung, Senin.
Dharma Santhi Nyepi itu dihadiri para pegawai di lingkungan perusahaan setempat untuk mendapatkan siraman rohani dari pendeta Hindu yang dilaksanakan di Pura Jagat Tirta, Komplek Peribadatan Angkasa Pura I.
Sulinggih Ida Pedanda Made Agung dalam ceramahnya menekankan esensi Nyepi yang harus diamalkan umat Hindu di antaranya untuk memberikan kesadaran, kesucian dan mengendalikan hawa nafsu manusia.
"Mengendalikan hawa nafsu dari dalam diri sendiri, itu sangat penting," ucap pendeta suci Hindu itu.
Selain ceramah keagamaan, Dharma Shanti juga diisi dengan tanya jawab dengan para peserta.
Umat Hindu melakanakan Catur Brata Penyepian dalam Hari Raya Nyepi, yakni empat pantangan (larangan) yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi.
Pantangan itu yakni tidak melakukan kegiatan/bekerja (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).
Dharma Shanti dilaksanakan setelah semua rangkaian upacara Nyepi.
Umat Hindu berkumpul dan saling mengucapkan maaf, membangun hubungan silaturahmi sesama umat manusia sebagai pelaksanaan konsep Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana merupakan tiga hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan manusia dengan lingkungan atau alam. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016