Denpasar (Antara Bali) - Ekspor rumah jadi dari Bali lesu akibat kenaikan harga kayu bahan bangunan yang menjadi material utama pembuatan rumah rakitan tersebut.

Konsumen luar negeri tidak bersedia menaikkan harga rumah jadi sesuai perkembangan harga kayu di dalam negeri, sehingga menyebabkan ekspor rumah jadi lesu, kata Made Suamba, pelaku bisnis rumah rakitan ekspor di Denpasar, Minggu.

Ia yang menangani pemasaran sebuah usaha ekspor rumah jadi di Denpasar menyebutkan, lesunya perdagangan rumah rakitan ke pasaran ekspor juga akibat kondisi keuangan negara konsumen belum pulih dari krisis global.

Menurut Made, dampak resesi ekonomi dunia yang belum pulih seratus persen, menjadi salah satu penyebab realisasi ekspor rumah jadi rancangan gaya Bali agak melorot.

Perusahaan yang memproduksi rumah jadi sejak 2003, sempat gencar melakukan pemasaran aneka bentuk dan corak rumah gaya Bali ke mancanegara, termasuk kepada konsumen di Afrika Selatan dan Kepulauan Fiji.

Usaha ekspor rumah jadi yang pertama di Bali itu memproduksi rekayasa dan pabrik rumah dalam skala besar, dengan memulai dari gaya Bali yakni jenis vila, bungalo dan pondok yang cocok sebagai tempat istirahat.

Rumah rakitan dengan berbagai tipe, selain untuk ekspor juga banyak diperdagangkan di dalam negeri, termasuk sebagai bangunan pelengkap dari sarana akomodasi skala besar sebagai salah satu daya tarik turis.

Meski ekspor rumah jadi lesu, namun menurut Made masih ada saja yang dikapalkan ke pasaran ekspor ke beberapa negara.

Kepala Seksi Ekspor Disperindag Bali Putu Bagiada, SE mengakui masih adanya ekspor rumah rakitan berbahan baku kayu antara lain ke Hawaii, AS, Turki, Kepulauan Fiji, Tonga, Afrika Selatan, Panama dan Australia.

Perolehan devisa dari perdagangan rumah dari Bali selama Januari-September 2010 tercatat 2,4 juta dolar AS atas pengapalan 9,5 ribu unit, berkurang hingga 31 persen dari periode sama tahun sebelumnya.

Perolehan devisa maupun volume perdagangan rumah tersebut selama sembilan bulan pertama 2009 tercatat 11,2 ribu unit seharga 3,5 juta dolar AS. "Kami berharap perdagangan rumah rakitan kembali meningkat saat memasuki 2011," demikian Bagiada.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010