Karangasem (Antara Bali) - Wilayah Bali hanya merasakan seperti senja hari saat terjadinya fenomena alam gerhana matahari total (GMT) yang melintasi di sejumlah kota Indonesia.
Pemantauan Antara di Desa Nongan, Kabupaten Karangasem, Rabu, warga yang sedang melaksanakan perayaan hari suci Nyepi, untuk mengamati fenomena alam itu hanya dari masing-masing rumah.
Masyarakat hanya merasakan pada saat detik-detik terjadinya gerhana matahari total tersebut di sejumlah kota di Indonesia, seperti saat senja sore hari.
Namun pada satwa maupun hewan, seperti ayam dan sapi justru merasakan kejadian alam langka itu, dimana satwa tersebut berkumpul di sekitar kandang yang biasa dijadikan tempat mereka tidur.
"Kalau saya perhatikan yang merasakan fenomena alam hanya pada satwa, seperti ayam. Namun kejadian tersebut cukup menarik. Namun sayangnya di Bali tidak terjadi GMT," kata Dewa Jumu, seorang warga Desa Nongan.
Sementara Ida Bagus Ketut, seorang penekun spiritual mengatakan fenomena alam GMT ini patut disyukuri bertepatan dengan umat Hindu sedang merayakan hari suci Nyepi tahun saka 1938.
"Fenomena alam ini sangat langka terjadi di dunia, apalagi di Indonesia. Hal ini sebagai tanda-tanda alam yang patut kita dalami dalam spiritual. Apalagi umat Hindu sedang melaksanakan `tapa brata penyepian` (amati karya, amati lelungan, amati lelanguan dan amati geni)," ucapnya.
Menurut dia, fenomena alam GMT di Indonesia bertepatan dengan Nyepi tersebut sebagai sebuah langkah introspeksi diri di dalam melaksanakan pengendalian diri dalam menyongsong tahun baru saka.
"Kita bersyukur kepada Tuhan telah memberikan anugerah kejadian fenomena alam GMT bertepatan dengan hari suci Nyepi. Semoga dengan Nyepi bertepatan dengan fenomena alam ini, maka semua makhluk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Pemantauan Antara di Desa Nongan, Kabupaten Karangasem, Rabu, warga yang sedang melaksanakan perayaan hari suci Nyepi, untuk mengamati fenomena alam itu hanya dari masing-masing rumah.
Masyarakat hanya merasakan pada saat detik-detik terjadinya gerhana matahari total tersebut di sejumlah kota di Indonesia, seperti saat senja sore hari.
Namun pada satwa maupun hewan, seperti ayam dan sapi justru merasakan kejadian alam langka itu, dimana satwa tersebut berkumpul di sekitar kandang yang biasa dijadikan tempat mereka tidur.
"Kalau saya perhatikan yang merasakan fenomena alam hanya pada satwa, seperti ayam. Namun kejadian tersebut cukup menarik. Namun sayangnya di Bali tidak terjadi GMT," kata Dewa Jumu, seorang warga Desa Nongan.
Sementara Ida Bagus Ketut, seorang penekun spiritual mengatakan fenomena alam GMT ini patut disyukuri bertepatan dengan umat Hindu sedang merayakan hari suci Nyepi tahun saka 1938.
"Fenomena alam ini sangat langka terjadi di dunia, apalagi di Indonesia. Hal ini sebagai tanda-tanda alam yang patut kita dalami dalam spiritual. Apalagi umat Hindu sedang melaksanakan `tapa brata penyepian` (amati karya, amati lelungan, amati lelanguan dan amati geni)," ucapnya.
Menurut dia, fenomena alam GMT di Indonesia bertepatan dengan Nyepi tersebut sebagai sebuah langkah introspeksi diri di dalam melaksanakan pengendalian diri dalam menyongsong tahun baru saka.
"Kita bersyukur kepada Tuhan telah memberikan anugerah kejadian fenomena alam GMT bertepatan dengan hari suci Nyepi. Semoga dengan Nyepi bertepatan dengan fenomena alam ini, maka semua makhluk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016