Jakarta (Antara Bali) - Kadin Indonesia mendukung Presiden Joko Widodo segera memutuskan proyek Blok Masela di Laut Arafura, Maluku, untuk menjaga iklim investasi yang kondusif.

Ketua komite Tetap Hubungan Kelembagaan dan Regulasi Migas Kadin Indonesia Firlie Ganinduto di Jakarta, Minggu mengatakan, saat ini, seluruh pemangku kepentingan industri migas di dunia mengikuti perkembangan proyek Masela.

"Pengembangan Masela ini akan menjadi benchmark (acuan) investor dunia. Hasil yang buruk terhadap proyek ini akan memberikan dampak yang negatif terhadap Iklim investasi dan industri dalam negeri termasuk penunjangnya," kata Firlie.

Menurut dia, jika pemerintah tidak cepat mengambil keputusan, maka Indonesia bisa kalah bersaing dengan Vietnam atau Myanmar.

Iklim investasi, lanjutnya, akan terganggu akibat ketidakpastian kebijakan pemerintah dalam pengambilan keputusan soal Masela.

"Industri migas nasional sekarang lagi mengalami masa terpuruknya, di luar harga minyak yang rendah, kepastian hukum di Indonesia juga rendah dengan belum direvisinya UU No 22 Tahun 2001 tentang Migas. Ditambah lagi kegaduhan di pemerintahan dengan adanya tarik menarik kepentingan. Ini membuat investor ragu-ragu untuk menanamkan modalnya," ujarnya.

Firlie menambahkan, Kadin Indonesia akan mendukung apa pun keputusan pemerintah.

"Kedua opsi Masela pasti ada positif dan negatifnya. Namun, yang pasti, dari kedua opsi tersebut, ekonomi dalam negeri pasti akan bergerak," ujarnya.

Paling penting, tambahnya, adalah bagaimana proyek Masela bisa bermanfaat bagi ekonomi dalam negeri dan peran SKK Migas dalam mengawasi dan memastikan penggunaan barang dan jasa dalam negeri.

Kemarin, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, Presiden Joko Widodo akan mengambil keputusan terbaik soal Masela yang memberi manfaat maksimal bagi masyarakat Maluku, Indonesia, dan banyak pihak lainnya.

Menurut dia, saat ini, pembahasan soal pengembangan Masela masih terus dilakukan pemerintah.

Keputusan pengembangan Blok Masela akan dilakukan sendiri oleh Presiden mengingat nilai investasi dan dampak yang besar.

Meski, sesuai regulasi, pengembangan suatu blok migas sebenarnya cukup diputuskan oleh Menteri ESDM.

Presiden akan memutuskan apakah pengembangan Masela itu memakai skema kilang terapung (floating liquified natural gas/FLNG) atau darat (onshore liquified natural gas/OLNG).

Blok Masela dikembangkan kontraktor asal Jepang, Inpex Masela Ltd yang sekaligus operator dengan kepemilikan partisipasi 65 persen dan Shell Corporation 35 persen. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Kelik Dewanto

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016