Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr. Ir. Gede Sedana, MSc mengatakan, ketersediaan air irigasi menjadi salah satu faktor yang sangat vital bagi kelangsungan pengelolaan usaha tani padi di lahan sawah.

"Kekeringan yang melanda di berbagai daerah di Indoensia termasuk di Bali pada tahun 2015 telah mengakibatkan petani tidak bisa mengusahakan lahan sawahnya untuk menanam padi," kata Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, namun, satu bulan belakangan ini, curah hujan yang tinggi di Bali menimbulkan pertanyaan apakah air yang berlimpah akan membawa berkah atau sebaliknya sebagai ancaman bagi para petani.

Pada level petani, ketersediaan air irigasi sangat dibutuhkan pada tahap awal pengolahan lahan sampai dengan penanaman dan pada beberapa fase pertumbuhan berikutnya.

Oleh karena itu, ketersediaan air yang berlimpah dan memiliki arus yang kuat dapat menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi para petani.

Gede Sedana menambahkan, air yang besar atau banjir di tingkat sungai dapat mengancam konstruksi bangunan pengambilan air atau bendung dan selanjutnya saluran-saluran irigasi termasuk bangunan bagi di saluran.

Tidak sedikit terjadi longsoran di beberapa lahan yang memperparah kondisi saluran dan areal persawahan selain adanya genangan air yang berlimpah di lahan sawah yang telah tertanami padi yang mengakibatkan kegagalan panen yang sekaligus menjadi acaman serius bagi para petani.

Dampak yang ditimbulkan oleh curah hujan yang berlebihan perlu mendapatkan penanganan lebih serius bagi para petani, subak termasuk pemerintah sehingga produksi padi bisa terjamin.

Penanganan dimulai dari peningkatan sensitivitas petugas pengairan di bendungan dan jaringan utama dalam melakukan operasi serta pemeliharaan jaringan irigasinya.

Sementara itu, petugas pertanian senantiasa memberikan informasi mengenai pilihan varietas padi yang akan ditanaman, penerapan teknik budidaya yang baik, dan pengendalian hama penyakit secara terpadu.

Hal lain yang tidak kalah penting kedisplinan petani anggota subak untuk mengelola usahataninya. Pada sisi lain anomali cuaca dimana curah hujan yang tinggi kemudian diselingi dengan cuaca panas bisa menimbulkan ancaman serangan hama bagi tanaman padi petani yang mengakibatkan gagal panen serta penurunan produksi padi.

Untuk itu agar petani dan pemerintah lebih waspda untuk mampu mengatasi kondisi tersebut sehingga panen di musim hujan ini dapat memperoleh produksi yang maksimal, harap Gede Sedana. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016