Denpasar (Antara Bali) - Subsektor peternakan di Bali dalam membentukan nilai tukar petani (NTP) perannya turun 0,48 persen dari 113,53 persen pada Desember 2015 menjadi hanya 112,98 persen pada Januari 2016.

"Subsektor peternakan meliputi usaha ternak besar, kecil, unggas dan hasil ternak lainnya perannya berkurang akibat indeks harga yang diterima petani (lt) naik sebesar 0,19 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho, MM di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, sementara indeks harga yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih besar yakni 0,68 persen. Terjadinya kenaikan indeks harga yang diterima petani dipicu oleh naiknya harga hampir pada semua kelompok, kecuali hasil ternak kecil.

Selain itu kelompok ternak besar naik sebesar 0,38 persen, kelompok ternak unggas dan hasil ternaik naiknya meningkat masing-masing 0,98 persen dan 1,43 persen.

Adi Nugroho menambahkan, sebaliknya kelompok ternak kecil menurun sebesar 1,31 persen. Secara umum komoditas peternakan mengalami kenaikan harga yakni sapi potong, ayam ras pedaging, telur ayam ras dan telur ayam buras.

Disisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,97 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,38 persen.

Adi Nugroho menambahkan, subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu lagi mengalami peningkatan.

Empat subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor peternakan juga subsektor perikanan sebesar 0,25 persen, tanaman pangan 0,68 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,75 persen.

Satu-satunya subsektor yang mengalami kenaikan adalah subsektor hortikultura naik sebesar 1,33 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016