Denpasar (Antara Bali) - Aparat polisi yang berhasil melumpuhkan aksi serangan teroris di kawasan Sarinah, Jalan HM Thamrin Jakarta Pusat beberapa pekan lalu mendapatkan penghargaan pin emas dari Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti.
Nama AKBP Ahmad
Untung Surianata atau lebih dikenal dengan nama Untung Sangaji dan Ipda Tamat
Suryani mendadak terkenal karena perannya dalam melumpuhkan pelaku peledakan
bom di kawasan Sarinah Jakarta Pusat.
Selain nama AKBP Untung dan Ipda Tamat, sebenarnya masih ada nama AKBP Dewa Wijaya. Mereka bertiga sebelumnya merupakan satu tim, yang berasal dari Tim Sus Pol Air Baharkam Polri. Dewa Wijaya kini sedang bertugas sebagai Kasatrolda Dirpolair Polda NTB.
"Ketiganya dikenal dengan julukan "Trio
Jahanam", yakni Untung Jahanam, Dewa Jahanam, dan Tamat Jahanam. Julukan
"Jahanam" bukan merujuk pada hal negatif, tapi pada kinerja mereka
yang dinamis aktif, profesional, dan tegas tanpa padang bulu dalam menegakkan
hukum di lapangan. Mereka merupakan anggota Polri yang memiliki riwayat malang
melintang di meja dan lapangan densus 88 dan reserse Polda Metro Jaya,"
kata sumber yang enggan disebut namanya.
AKBP Untung Sangaji 'basicnya' merupakan Kepala Tim Sus Pol Air dengan berbagai penugasan di daerah operasi. Latihan dan pertempuran sudah dilewati di Aceh, Timtim dan lainnya sebelum akhirnya masuk di jajaran Densus 88 Mabes Polri.
"Untung Sangaji, Dewa Wijaya, dan Tamat Suryani
akhirnya kembali ke jajaran Polisi perairan setelah cukup lama berdinas di Densus 88 dan reserse, bagian yang tidak
jauh dari kejahatan khusus (Teroris) dan kejahatan keras (Resmob), dengan tugas
yang selalu berhadapan dengan resiko tembak menembak," ujarnya.
Untung Sangaji dan kedua rekannya ini, juga punya catatan sebagai tim tindak dan eksekusi kejahatan jalanan dan kejahatan-kejahatan keras lainnya.
Dewa Wijaya mantan tim sus dari Polisi Udara, seorang pilot,
tamatan sekolah Penerbang TNI- AU dan juga sudah banyak melewati banyak latihan
dan penugasan di daerah konflik di dalam dan luar negeri. Setelah itu bergabung
juga di Polda Metro, berapa kali jadi Kasat reskrim di Polda Metro, Kepala Unit
kejahatan-kejahatan khusus dan Umun di Reserse Polda Metro, dengan pengalaman
jadi eksekutor kejahatan khusus.
Sementara Ipda Tamat mengawali semua kariernya dari tim staf dan lapangan reserse Polda Metro, malang melintang juga di seluruh wilayah polda Metro Jaya khususnya Bekasi dengan catatan keberanian dan kemampuan yang sama.
Dengan jam terbang tinggi dan berbagai pengalaman lapangan
seperti itu, tak heran jika AKBP Untung Sangaji dan timnya tampak terbiasa
ketika menghadapi serangan teroris di Sarinah Jakarta dan berhasil
melumpuhkannya.
Sebelumnya, Perwira menengah Pusdik Polair AKBP Ahmad Untung Surianata atau lebih dikenal dengan nama Untung Sangaji mendapat penghargaan dari Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti berupa pin emas atas perannya melumpuhkan pelaku peledakan bom di kawasan Thamrin beberapa waktu lalu.
Selain Untung, berdasarkan lampiran keputusan Kapolri Nomor:
KEP/68/I/2016 tanggal 24 Januari 2016, ada tiga pejabat kepolisian yang juga
menerima penghargaan yang sama, yaitu Karoops Polda Metro Jaya Martuani Sormin,
Kapolsek Menteng Dedi Tabrani, Penyelia Pusdikpolair Ipda Tamat Suryani, dan
sopir Karoops Polda Metro Jaya Bripda Wiliyansah.
Selain penghargaan dari Kapolri, Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono juga mengapresiasi langkah cepat aparat kepolisian dalam menangani kasus ledakan Bom Thamrin pada 14 Januari lalu. Melalui Hendropriyono Strategic Consulting (HSC), ia memberi penghargaan kepada AKBP Untung Sangaji atas kesigapannya.
"14 Januari pagi kita lihat ada orang berprestasi dan
prestasinya terdengar luas sekali, tidak hanya di Indonesia tapi sampai ke
seluruh dunia. Mereka (dubes undangan) mesti belajar dari kita bagaimana polisi
yang tidak dinas saja langsung melakukan reaksi cepat," ujar Hendropriyono.
Hal ini disampaikannya dalam sambutan acara 'Masyarakat Mendukung Pemerintah Menumpas Terorisme' sebelum memberi penghargaan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Minggu (31/1). Hendro menyampaikan, tidak mudah mengambil keputusan berani untuk bertindak dalam situasi seperti itu. (I020)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016