Denpasar (Antara Bali) - Direktur Jenderal Bimas Hindu Kementerian Agama Prof Dr I Ketut Widnya mengingatkan, masyarakat Bali tetap menjaga keamanan, meskipun sempat terjadi peristiwa penyerangan antar-organisasi masyarakat.

"Kami imbau masyarakat agar tetap tenang dan menjaga Bali tetap kondusif, sehingga aktivitas kembali seperti biasa. Memang Pulau Dewata sebagai daerah tujuan wisata dan membuka lapangan pekerjaan di berbagai bidang, sehingga tidak menutup kemungkinan juga terjadi persaingan kerja," katanya di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan dengan persaingan kerja yang cukup tinggi tidak menutup kemungkinan juga adanya kriminal. Namun kesigapan dari aparat kepolisian, TNI dan instansi terkait akan dapat meminimalisasi kemungkinan tindakan kriminal tersebut.

"Kami harapkan peran aparat dan masyarakat harus bersatu membangun Bali agar maju. Jika ada kerusuhan aparat harus menangkap pelakunya dan memproses sampai tuntas. Sehingga pemberitaan akan bisa mendidik dan secara transparansi menyampaikan kronologisnya," ucapnya.

Ditanya soal keberadaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Kerobokan, Kabupaten Badung, Widnya mengharapkan petugas lapas harus tegas menindak para narapidana yang melanggar aturan. Jika merasa keteteran dalam pengawalan napi, seharusnya sebelum kejadian sudah mengantisipasi dan minta bantuan kepada aparat kepolisian.

"Kepala Lapas Kerobokan semestinya setiap saat melakukan evaluasi terhadap kinerja lingkungannya. Jika merasa kekurangan personel seharusnya melaporkan kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk diberikan tambahan pegawai dalam menjaga keamanan lapas tersebut," ucapnya.

Selain itu, Widnya berharap dalam Lapas Kerobokan terus melakukan pembinaan mental dan spiritual dengan mendatangkan pada penceramah dari masing-masing agama.

"Pencerahan dari para narasumber dari masing-masing agama yang dihadirkan secara berkelanjutan di Lapas bertujuan untuk menyadarkan hakekat hidupnya, sehingga tidak berbuat jahat dan merugikan sesama manusia. Dan mereka agar sadar tidak mengulangi perbuatannya yang melanggar hukum agama dan hukum negara," katanya.

Sementara itu, Ketut Leo, seorang warga mengharapkan aparat keamanan harus siaga mengamankan lingkungan termasuk juga di Lapas Kerobokan. Sehingga Bali betul-betul aman dan bebas dari kasus-kasus narkoba.

"Baik aparat keamanan maupun aparat yang bertugas di Lapas Kerobokan harus bersikap tegas. Tidak boleh `masuk angin` menghadapi narapidana. Jangan Lapas sampai dijadikan tempat berlindung bagi kasus narkoba melakukan bisnisnya. Dan bagaimana Lapas tersebut bisa memberi pelajaran keras agar seseorang yang dihukum agar tidak kembali lagi mengulangi perbuatannya. Bahkan mereka akan takut lagi masuk penjara," ucapnya.

Ia mengharapkan kepada pemerintah, bagi kasus kejahatan, baik pembunuhan maupun kasus narkoba agar dipindahkan ke daerah lain, sehingga mempersempit ruang gerak dan komunikasi dengan rekan-rekannya yang masih berkeliaran di luar lapas.

"Seharusnya berangkat dari pengalaman semakin seringnya kejadian di dalam Lapas Kerobokan, para narapidana pembunuhan dan kasus narkoba agar dipindah ke lapas di luar Bali. Tujuannya mempersempit ruang gerak berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Bila perlu kirim saja ke Lapas Nusakambangan, Jawa Tengah," ujarnya.

Hal tersebut pascaperistiwa penyerangan di LP Kerobokan 17 Desember 2015, yang menewaskan dua narapidana, dan merembet hingga terjadi penyerangan ormas di luar Lapas Kerobokan hingga menelan dua korban.

Pascakejadian tersebut dilakukan tindakan penyisiran (swipping) dalam Lapas Kerobokan oleh aparat kepolisian ditemukan puluhan senjata tajam, barang bukti narkoba, handphone (telepon seluler) dan banker menyimpan barang haram tersebut. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016