Denpasar (Antara Bali) - Petugas Karantina Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Bali timur mengamankan satu truk yang penuh dengan muatan tulang kepala sapi diperkirakan mencapai 14 ton yang akan diangkut melewati Bali.
"Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga kini belum dinyatakan bebas dari penyakit atrak yang menyerang ternak sapi. Oleh sebab itu ternak sapi maupun bagian-bagiannya tidak diperkenankan pengangkutannya melewati Bali karena dikhawatirkan bisa menularkan penyakit antrak pada ternak sapi," kata petugas Karantina Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Drh I Nyoman Pugek, Jumat.
Ia mengatakan, larangan itu termasuk sopir truk yang mengangkut tulang-tulang sapi dari Lombok, NTB tanpa dilengkapi dengan dokumen. Untuk itu tulang-tulang sapi itu kini diamankan agar tidak melewati Bali.
Selain kekawatiran bisa menularkan penyakit antrak pada ternak sapi, pengangkutan tulang-tulang tersebut selama dalam perjalanan juga menimbulkan bau manis yang menyengat hidung.
"Tulang-tulang sapi itu sedianya dikirim dari Lombok ke Jawa melewati Bali sebagai bahan baku kerajinan seni," ujar Drh I Nyoman Pugek.
Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan tulang sapi tersebut juga untuk perajin di Bali yang menggunakan tulang sapi sebagai bahan baku memproduksi aneka jenis cinderamata untuk wisatawan.
Nyoman Pugek menjelaskan, sesuai hasil pemeriksaan di laboratorium, tulang sapi tersebut telah tertular atrak dan tidak dilengkpi surat dari Krantina Lembar, sehingga barang bukti itu akan dimusnahkan.
Sementara sopir truk Isman ditahan dan dijadikan tersangka dalam kasus tersebut, karena yang bersangkutan tidak mampu menunjukkan surat-surat yang melengkapi barang iledal tersebut.
Sementara itu seni kerajinan memanfaatkan bahan baku tulang yang diproduksi pengrajin di Kecamatan Tampaksing, Kabupaten Gianyar, Bali, tampaknya sedikit lesu, walau pun ada pesanan jumlahnya tidak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya
Pencinta seni mancanegara kurang berminat untuk bisa memiliki seni kerajinan berbahan baku tulang karena dibuat menggunakan mesin bukan sepenuhnya hasil sentuhan tangan terampil.
Made Darma, seorang pengrajin dan eksportir kerajinan Bali menjelaskan, turis yang datang ke lokasi wisata Tampaksiring, Kabupaten Gianyar senang menyaksikan masyarakat mengukir tulang di pinggiran jalan, dan pemandangan ini sangat jarang bisa disaksikan saat sekarang, karena aksesori dari tulang sudah dibuat dengan teknologi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga kini belum dinyatakan bebas dari penyakit atrak yang menyerang ternak sapi. Oleh sebab itu ternak sapi maupun bagian-bagiannya tidak diperkenankan pengangkutannya melewati Bali karena dikhawatirkan bisa menularkan penyakit antrak pada ternak sapi," kata petugas Karantina Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Drh I Nyoman Pugek, Jumat.
Ia mengatakan, larangan itu termasuk sopir truk yang mengangkut tulang-tulang sapi dari Lombok, NTB tanpa dilengkapi dengan dokumen. Untuk itu tulang-tulang sapi itu kini diamankan agar tidak melewati Bali.
Selain kekawatiran bisa menularkan penyakit antrak pada ternak sapi, pengangkutan tulang-tulang tersebut selama dalam perjalanan juga menimbulkan bau manis yang menyengat hidung.
"Tulang-tulang sapi itu sedianya dikirim dari Lombok ke Jawa melewati Bali sebagai bahan baku kerajinan seni," ujar Drh I Nyoman Pugek.
Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan tulang sapi tersebut juga untuk perajin di Bali yang menggunakan tulang sapi sebagai bahan baku memproduksi aneka jenis cinderamata untuk wisatawan.
Nyoman Pugek menjelaskan, sesuai hasil pemeriksaan di laboratorium, tulang sapi tersebut telah tertular atrak dan tidak dilengkpi surat dari Krantina Lembar, sehingga barang bukti itu akan dimusnahkan.
Sementara sopir truk Isman ditahan dan dijadikan tersangka dalam kasus tersebut, karena yang bersangkutan tidak mampu menunjukkan surat-surat yang melengkapi barang iledal tersebut.
Sementara itu seni kerajinan memanfaatkan bahan baku tulang yang diproduksi pengrajin di Kecamatan Tampaksing, Kabupaten Gianyar, Bali, tampaknya sedikit lesu, walau pun ada pesanan jumlahnya tidak sebanyak yang diperkirakan sebelumnya
Pencinta seni mancanegara kurang berminat untuk bisa memiliki seni kerajinan berbahan baku tulang karena dibuat menggunakan mesin bukan sepenuhnya hasil sentuhan tangan terampil.
Made Darma, seorang pengrajin dan eksportir kerajinan Bali menjelaskan, turis yang datang ke lokasi wisata Tampaksiring, Kabupaten Gianyar senang menyaksikan masyarakat mengukir tulang di pinggiran jalan, dan pemandangan ini sangat jarang bisa disaksikan saat sekarang, karena aksesori dari tulang sudah dibuat dengan teknologi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016