Denpasar (Antara Bali) - Perkembangan kredit penyediaan akomodasi makan dan minum mengalami perlambatan dari 10,54 persen (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi sebesar 5,45 persen (yoy) pada triwulan III-2015.
"Kondisi ini seiring dengan persaingan di lapangan usaha yang semakin ketat sehingga menekan angka `return on investment` industri pariwisata," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar Kamis.
Ia dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional menyebutkan bahwa, secara kumulatif pinjaman yang diberikan kepada pengusaha sektor pariwisata berkurang dari Rp6,5 triliun (awal tahun 2015) menjadi hanya Rp6,2 triliun (akhir Setember 2015).
Disamping itu berkurang realisasi pinjaman kepada pengusaha di sektor pariwisata itu, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kunjungan wisman berdasarkan klasifikasi negara asal wisman pada periode laporan tersebut.
Disebutkan, perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan kunjungan wisman asal Australia dari sebesar 4,22 persen (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi kontraksi sebesar -12,75 persen (yoy).
Kontraksi tersebut diindikasikan sebagai dampak penutupan bandara akibat pengaruh bencana alam meletusnya gunung merapi di Lombok serta kondisi perkembangan perekonomian Australia yang tertahan seiring dengan penurunan harga komoditas batu bara serta jumlah turis negeri ini terbanyak sehingga terasa kekurangannya.
Namun demikian, penurunan masih tertahan oleh pertumbuhan jumlah kunjungan wisman asal Jepang dan Inggris dalam jumlah yang signifikan sehingga secara keseluruhan tidak terasa berkurangnya jumlah turis asing ke Bali.
Disamping itu, implementasi penambahan negara bebas visa pada triwulan berjalan mendorong pertumbuhan wisman asal Tiongkok sehingga tercatat menjadi negara asal wisman terbesar kedua setelah Australia.
Di sisi lain, perkembangan tingkat penghunian kamar (TPK) menunjukkan kondisi berbeda. TPK hotel berbintang pada triwulan III-2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 66,48 persen dari sebesar 57,99 persen pada triwulan II 2015.
Berdasarkan hasil survei dan liaison, peningkatan tersebut seiring dengan upaya promosi dari hotel (termasuk penurunan rate dan package untuk kelompok) yang dilakukan oleh perhotelan, disamping oleh pemerintah sendiri.
Bank Indonesia juga melaporkan, peningkatan TPK tersebut diindikasikan merupakan dampak peningkatan kunjungan wisatawan domestik (wisdom) seiring musim liburan sekolah dan libur Natal dengan Bali sebagai daerah pavoritnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kondisi ini seiring dengan persaingan di lapangan usaha yang semakin ketat sehingga menekan angka `return on investment` industri pariwisata," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar Kamis.
Ia dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional menyebutkan bahwa, secara kumulatif pinjaman yang diberikan kepada pengusaha sektor pariwisata berkurang dari Rp6,5 triliun (awal tahun 2015) menjadi hanya Rp6,2 triliun (akhir Setember 2015).
Disamping itu berkurang realisasi pinjaman kepada pengusaha di sektor pariwisata itu, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kunjungan wisman berdasarkan klasifikasi negara asal wisman pada periode laporan tersebut.
Disebutkan, perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan kunjungan wisman asal Australia dari sebesar 4,22 persen (yoy) pada triwulan II-2015 menjadi kontraksi sebesar -12,75 persen (yoy).
Kontraksi tersebut diindikasikan sebagai dampak penutupan bandara akibat pengaruh bencana alam meletusnya gunung merapi di Lombok serta kondisi perkembangan perekonomian Australia yang tertahan seiring dengan penurunan harga komoditas batu bara serta jumlah turis negeri ini terbanyak sehingga terasa kekurangannya.
Namun demikian, penurunan masih tertahan oleh pertumbuhan jumlah kunjungan wisman asal Jepang dan Inggris dalam jumlah yang signifikan sehingga secara keseluruhan tidak terasa berkurangnya jumlah turis asing ke Bali.
Disamping itu, implementasi penambahan negara bebas visa pada triwulan berjalan mendorong pertumbuhan wisman asal Tiongkok sehingga tercatat menjadi negara asal wisman terbesar kedua setelah Australia.
Di sisi lain, perkembangan tingkat penghunian kamar (TPK) menunjukkan kondisi berbeda. TPK hotel berbintang pada triwulan III-2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 66,48 persen dari sebesar 57,99 persen pada triwulan II 2015.
Berdasarkan hasil survei dan liaison, peningkatan tersebut seiring dengan upaya promosi dari hotel (termasuk penurunan rate dan package untuk kelompok) yang dilakukan oleh perhotelan, disamping oleh pemerintah sendiri.
Bank Indonesia juga melaporkan, peningkatan TPK tersebut diindikasikan merupakan dampak peningkatan kunjungan wisatawan domestik (wisdom) seiring musim liburan sekolah dan libur Natal dengan Bali sebagai daerah pavoritnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016