Washington (Antara Bali) - Presiden AS Barack Obama menyeka air mata pada Selasa waktu setempat saat dia mengumumkan langkah terbatas untuk mengatasi kekerasan menggunakan senjata api.

Ia juga meminta warga AS menghukum para anggota parlemen yang menentang reformasi itu.

Pada kesempatan itu, Obama diapit oleh para korban yang selamat dari kekerasan senjata dan para kerabat mereka yang tewas.

Setiap tahun, sekitar 30.000 warga Amerika tewas karena kekerasan dengan melibatkan senjata api.

Obama menjadi emosional saat dia mengingat penembakan di Newton, Connecticut, tiga tahun lalu yang menewaskan 20 anak.

"Setiap kali saya memikirkan anak-anak itu, saya menjadi marah," kata Presiden sambil berjuang untuk menenangkan diri.

"Jadi kita semua harus menuntut Kongres agar berani menghadapi kebohongan lobi senjata di sana," lanjutnya seperti dikutip AFP.

Di tengah tentangan di Kongres, Obama secara resmi mengeluarkan langkah--langkah eksekutif yang akan membuat setiap orang lebih sulit untuk membeli atau menjual sejata. Namun, dia mengakui hal itu tidak dapat menghentikan penembakan massal.

"Kita tahu bahwa kita tidak dapat menghentikan setiap tindak kekerasan, setiap tindakan di dunia. Tetapi mungkin kita bisa mencoba menghentikan salah satu tindak kejahatan, salah satu tindak kekerasan," kata dia.

Ada anggapan bahwa lebih dari 300 juta senjata beredar di Amerika Serikat dan satu orang memegang lebih dari satu senjata.

Obama, yang berbicara di Ruang Tamu Gedung Putih, menggunakan kata-kata Martin Luther King ketika menyerukan urgensi perjuangan untuk hak perempuan, kaum Afrika-Amerika atau hak-hak kaum gay.

"Kita harus merasakan betapa mendesaknya upaya itu, seperti kata Dr. King, kita perlu merasakan urgensi sekarang, karena orang-orang menjadi kehilangan nyawa," kata dia.

"Dan alasan yang berkesinambungan untuk tidak melakukannya lagi."

"Ya, hal itu berat, dan tidak akan terjadi dalam waktu semalam, tidak akan terjadi selama (masa tugas) Kongres ini, tidak akan terjadi selama masa jabatan saya," kata dia.

"Tetapi banyak hal yang (memang) tidak terjadi semalam, menjunjung hak perempuan untuk ikut pemilu tidak terjadi dalam semalam. Kebebasan Afrika-Amerika tidak terjadi semalam. Hak kaum LGBT, membutuhkan satu dekade." (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016