Tabanan (Antara Bali) - Kelompok ternak Kala Sari di wilayah Desa Perean Kangin, Baturiti, Tabanan, intensif melakukan pemeliharaan ternak sapi dan memasarkan hingga ke berbagai daerah termasuk Jakarta.

"Beternak sapi sudah dilakukan kelompok ternak sejak tahun 2002. Permintaan sapi kalau siap jual tidak hanya untuk kawasan Bali saja, melainkan sudah sampai Purwakerto dan Jakarta. Sekali kirim ya bisa puluhan ekor sapi dalam kondisi masih hidup, bukan berbentuk daging," ujar Wayan Netra, Sekretaris Kelompok Kala Sari di Baturiti, Selasa.

Dikatakannya, asal mula ternak sapi di Desa Perean Kangin, berawal ketika ada program sarjana membangun desa (SMD) dan memberi bantuan berupa sapi serta kandangnya.

Program SMD itu memberikan bantuan sapi kepada 20 warga Perean Kangin. Sejak itulah kegiatan beternak sapi mulai diperhatikan warga sebagai kegiatan yang prospektif untuk mengangkat perekonomian masyarakat.

"Akhirnya dibentuklah kelompok ternak ini, sehingga warga yang tertarik menjadi peternak sapi bisa langsung bergabung. Sekarang ada 30 orang warga yang jadi peternak sapi," ujarnya.

Warga berminat menjadi peternak sapi, setelah melihat selisih harga jual antara godel (anak sapi) dan sapi siap jual. Kalau membeli godel jantan yang berusia sekitar tiga tahun, harganya mencapai Rp9 juta. Kalau sudah dijual setahun kemudian, harganya bisa mencapai Rp17 juta per ekor.

Biaya pemeliharaan sapi tidak rumit. Setiap ekor sapi, setiap hari menghabiskan tak kurang tiga kilogram konsentrat. Harga konsentrat per kilogramnya adalah Rp5 ribu. Kalau diberi makan rumput, satu ekor sapi menghabiskan satu `kampil` atau satu karung plastik yang tidak terlampau besar.

"Warga sekarang sadar kalau sapi diternakkan dengan benar, bisa mengubah nasib seseorang. Makanya banyak yang beternak sapi, apalagi kotorannya bisa dijual sebagai bahan baku pupuk organik," ujar Netra.

Menyinggung kendala, katanya, tidak ada persoalan berarti. Hanya kadang-kadang sapi mengalami sakit panas atau kukunya terkena koreng akibat kurang higienis lingkungan.

"Kalau sapi ada yang sakit, kami tinggal hubungi dinas terkait, langsung ada yang memberi obat. Tidak sampai berlarut-larut sakitnya. Syukurnya selama ini kegiatan beternak ini berjalan lancar dan kami harap nanti bisa menambah jumlah sapi karena permintaan selalu tinggi," ucapnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016