Singaraja (Antara Bali) - Forum Konservasi Putri Menjangan (FKPM) Kabupaten Buleleng, Bali mengklaim objek wisata Putri Menjangan jadi destinasi wisata baru yang terkenal dengan konservasi hutan bakau yang sangat diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.
"Kawasan ini dikelola FKPM secara swadaya sejak tujuh bulan lalu dan kini anggota forum ini sebanyal 143 orang yang terdiri dari pelaku wisata dan masyarakat Desa Pejarakan," kata Koordinator FKPM, Ketut Sutama di Singaraja, Minggu.
Menurut dia, meski bernama kawasan konservasi, Putri Menjangan juga dapat dikunjungi masyarakat umum atau wisatawan dari luar Bali dan pengunjung bisa menikmati keindahan hutan mangrove dengan aktivitas "tracking" menyusuri jembatan bambu sepanjang 1,2 km.
Ia menjelaskan, tiketnya tidaklah mahal, untuk wisatawan domestik (wisdom) Rp3.000/orang sedangkan wisatawan mancanegara (wisman) Rp30 ribu.
"Hasil dari penjualan tiket digunakan untuk mengelola dan merawat hutan mangrove mengingat kawasan ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat," katanya.
Sutama lebih lanjut menambahkan, awalnya dirinya bersama sejumlah teman-temannya menemukan kawasan mangrove itu tidak terawat dimana banyak sampah berserakan dan pohon-pohon bakau banyak ditebang untuk pakan ternak warga sekitar. Burung-burung pun banyak diburu.
"Syukur sudah setahun ini tidak ada lagi orang yang menebang mangrove untuk pakan ternak dan burung-burung sudah mulai berkicau kala senja. Sebelumnya burung takut ketika melihat manusia karena sering diburu," ujarnya.
Bukan hanya itu saja, kawasan konservasi Putri Menjangan menurutnya untuk melestarikan mangrove sekaligus untuk mengedukasi masyarakat atau wisatawan yang berkunjung tentang fungsi dan manfaat mangrove.
"Kami juga bisa sama-sama belajar dan menambah pengetahuan tentang fungsi dan manfaat mangrove itu sendiri. Kalau di Pulau Menjangan sekarang tiketnya sudah mahal, alternatif tamu yang tidak cukup uang bisa ke sini," ucapnya.
Selain itu, kata dia, kawasan konservasi yang dikembangkan FKPM seluas 30 hektar dan kawasan tersebut terdiri dari dari tiga zona. yakni zona pemanfaatan intensif 10 persen, zona inti 25 persen dan sisanya zona pemanfaatn eksklusif.
"Terdapat 44 jenis mangrove yang sudah tertanam di kawasan ini dan kami bermimpi menjadikan kawasan ini sebagai hutan mangrove terlengkap di Indonesia dengan menanam 279 jenis mangove yang tersebar di seluruh Indonesia," papar dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kawasan ini dikelola FKPM secara swadaya sejak tujuh bulan lalu dan kini anggota forum ini sebanyal 143 orang yang terdiri dari pelaku wisata dan masyarakat Desa Pejarakan," kata Koordinator FKPM, Ketut Sutama di Singaraja, Minggu.
Menurut dia, meski bernama kawasan konservasi, Putri Menjangan juga dapat dikunjungi masyarakat umum atau wisatawan dari luar Bali dan pengunjung bisa menikmati keindahan hutan mangrove dengan aktivitas "tracking" menyusuri jembatan bambu sepanjang 1,2 km.
Ia menjelaskan, tiketnya tidaklah mahal, untuk wisatawan domestik (wisdom) Rp3.000/orang sedangkan wisatawan mancanegara (wisman) Rp30 ribu.
"Hasil dari penjualan tiket digunakan untuk mengelola dan merawat hutan mangrove mengingat kawasan ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat," katanya.
Sutama lebih lanjut menambahkan, awalnya dirinya bersama sejumlah teman-temannya menemukan kawasan mangrove itu tidak terawat dimana banyak sampah berserakan dan pohon-pohon bakau banyak ditebang untuk pakan ternak warga sekitar. Burung-burung pun banyak diburu.
"Syukur sudah setahun ini tidak ada lagi orang yang menebang mangrove untuk pakan ternak dan burung-burung sudah mulai berkicau kala senja. Sebelumnya burung takut ketika melihat manusia karena sering diburu," ujarnya.
Bukan hanya itu saja, kawasan konservasi Putri Menjangan menurutnya untuk melestarikan mangrove sekaligus untuk mengedukasi masyarakat atau wisatawan yang berkunjung tentang fungsi dan manfaat mangrove.
"Kami juga bisa sama-sama belajar dan menambah pengetahuan tentang fungsi dan manfaat mangrove itu sendiri. Kalau di Pulau Menjangan sekarang tiketnya sudah mahal, alternatif tamu yang tidak cukup uang bisa ke sini," ucapnya.
Selain itu, kata dia, kawasan konservasi yang dikembangkan FKPM seluas 30 hektar dan kawasan tersebut terdiri dari dari tiga zona. yakni zona pemanfaatan intensif 10 persen, zona inti 25 persen dan sisanya zona pemanfaatn eksklusif.
"Terdapat 44 jenis mangrove yang sudah tertanam di kawasan ini dan kami bermimpi menjadikan kawasan ini sebagai hutan mangrove terlengkap di Indonesia dengan menanam 279 jenis mangove yang tersebar di seluruh Indonesia," papar dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016