Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr. Ir. Gede Sedana, MSc menilai, kelangsungan pertanian menjadi salah satu tujuan pembangunan pertanian yang menekankan pada kesejahteraan para petani.
"Upaya itu dilakukan melalui kemitraan melibatkan berbagai pelaku pertanian lainnya," kata Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, kemitraan antara petani, kelompok petani dan pelaku bisnis termasuk kalangan perbankan perlu dibalut dalam suatu rantai bisnis yang dikenal dengan model bisnis.
"Model bisnis itu harus disepakati terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang tercakup di dalamnya, sebelum terimplementasi dalam rantai bisnis komoditas," ujar Gede Sedana.
Ia menambahkan, salah satu komponen penting dalam kesinambungan sektor pertanian tersebut adalah insentif ekonomi bagi semua pihak yang teribat dalam model bisnis untuk komoditas tertentu.
"Insentif ekonomis akan terwujud pada saat terjadi interaksi yang saling menguntungkan dalam aliran produk pertanian dan aliran layanan termasuk uang secara lancar dalam model bisnis," ujar Gede Sedana.
Seperti dalam model bisnis kopi misalnya, para petani melalui kelompoknya atau koperasi petani kopi dan unit pengolahan hasil (UPH) memiliki rantai bisnis dengan eksporter.
Kegiatan itu juga melibatkan pihak bank sebagi penyedia kredit. Melalui model bisnis yakni usaha pengolahan hasil dan koperasi membeli buah kopi gelondong merah dari para petani di sekitarnya untuk kemudian diolah sesuai dengan standar prosedur operasi (SPO) pengolahan yang diberikan oleh eksporter.
Dengan demikian eksporter kopi tidak semata-mata membeli buah kopi yang diolah dari UPH atau koperasi, namun juga tetapi juga memberikan SPO kepada koperasi dan UPH untuk memperoleh hasil olahan kopi yang sesuai, atau dikenal dengan kopi spesialti, ujar Gede Sedana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Upaya itu dilakukan melalui kemitraan melibatkan berbagai pelaku pertanian lainnya," kata Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, kemitraan antara petani, kelompok petani dan pelaku bisnis termasuk kalangan perbankan perlu dibalut dalam suatu rantai bisnis yang dikenal dengan model bisnis.
"Model bisnis itu harus disepakati terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang tercakup di dalamnya, sebelum terimplementasi dalam rantai bisnis komoditas," ujar Gede Sedana.
Ia menambahkan, salah satu komponen penting dalam kesinambungan sektor pertanian tersebut adalah insentif ekonomi bagi semua pihak yang teribat dalam model bisnis untuk komoditas tertentu.
"Insentif ekonomis akan terwujud pada saat terjadi interaksi yang saling menguntungkan dalam aliran produk pertanian dan aliran layanan termasuk uang secara lancar dalam model bisnis," ujar Gede Sedana.
Seperti dalam model bisnis kopi misalnya, para petani melalui kelompoknya atau koperasi petani kopi dan unit pengolahan hasil (UPH) memiliki rantai bisnis dengan eksporter.
Kegiatan itu juga melibatkan pihak bank sebagi penyedia kredit. Melalui model bisnis yakni usaha pengolahan hasil dan koperasi membeli buah kopi gelondong merah dari para petani di sekitarnya untuk kemudian diolah sesuai dengan standar prosedur operasi (SPO) pengolahan yang diberikan oleh eksporter.
Dengan demikian eksporter kopi tidak semata-mata membeli buah kopi yang diolah dari UPH atau koperasi, namun juga tetapi juga memberikan SPO kepada koperasi dan UPH untuk memperoleh hasil olahan kopi yang sesuai, atau dikenal dengan kopi spesialti, ujar Gede Sedana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015